Lihat ke Halaman Asli

Indrian Safka Fauzi

Praktisi Kesadaran Berketuhanan, Kritikus Fenomena Publik dan Pelayanan Publik. Sang pembelajar dan pemerhati abadi. The Next Leader of Generation.

Instant Karma dan Istidraj

Diperbarui: 15 Mei 2022   06:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

freepik

Pada tulisan sebelumnya di tulisan ini (Baca: Berbagai Filosofi Penjelas "Siapa yang menabur, ia yang menuai") saya sempat membahas hal tentang Instant Karma.

Seorang yang mengalami instant karma, seperti contoh kisah seorang yang melakukan tindakan dosa, maka pada hari itu ia mendapatkan balasan setimpal, sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Allah meninginkan hambaNya dalam keadaan suci dari dosa saat setelah ia wafat. 

Maka jangan heran orang yang mengalami instant karma, sekali ia berbuat kesalahan, pada hari itu atau keesokan harinya ia mendapatkan masalah sebagai perenungan dan kesadaran.

Sejatinya manusia selalu menghadapi masalah. Masalah terjadi karena sebab-sebab yang kita perbuat. Dan sebab-sebab itu kebanyakan dilakukan karena ketidaktahuan kita dan sifat abai juga ketidaksadaran kita, yang berdampak buruk bagi sesama hidup. Akibatnya hidup kita sering berhadapan masalah. 

Jadi jangan sebut masalah adalah ajang pendewasaan diri sahaja, namun kita harus merenungi dengan seksama, ada apa gerangan masalah itu hadir? Itulah baru yang disebut dewasa.

Kalau hidup kita sudah tak bermasalah, barulah seorang tersebut mencapai kedamaian karena ilmu pengetahuan dan kekuatan yang dimilikinya atas karunia Allah yang tak terhingga.

Sementara bagaimanakah dengan Istidraj?

Istidraj itu ibarat penokohan di film-film, seorang antagonis yang selalu berjaya di awal hingga tengah cerita, namun endingnya berakhir tragis. Seperti kalau di kehidupan, ada orang jahat namun semasa hidupnya baik-baik saja, malah hidupnya makin melimpah dengan kekayaan, ketenaran dan kehebatan.

Namun jangan sangka Allah sedang menjebaknya, agar sang antagonis semakin lalai dengan perilakunya, semakin menumpuk dosa-dosa, hingga akhirnya saat ia wafat meninggalkan alam dunia. 

Di akhirat barulah balasan dosa yang menumpuk itu diperlihatkan Allah padanya, dan sang antagonis merasakan kesengsaraan hebat di akhirat, dan sudahlah terlambat baginya untuk dapat terbebas dari belenggu neraka.

Jadi kalau kita berbuat dan berperilaku dosa, namun sampai saat ini kita tak mengalami permasalahan hidup, atau tidak mengalami instant karma. Hati-hati, jangan-jangan kita sedang diistidrajkan-Nya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline