Kata Filosofi sudah tak asing bagi seorang yang senang memberikan perumpamaan yang indah dan dipahami oleh banyak orang. Kalimat perumpamaan yang merakyat, menyentuh hati bagi yang mendengarnya.
Filosofi, sebuah kata yang berasal dari 2 suku kata bahasa Yunani, yaitu Filo dan Sophia. Cinta dan Kebijaksanaan. Sebuah duet pasangan abadi yang tak terpisahkan.
Bukan berarti kebetulan semata. Makna dalam Filosofi ini mengandung arti keseimbangan dan harmoni. Cinta adalah sebuah kekuatan yang dapat mendorong pasangannya menjadi seorang yang bijaksana, juga kebijaksanaan mendorong pasangan hidupnya menjadi berkekuatan cinta.
Ibarat sepasang kekasih. Sang istri yang hebat membuktikan cintanya kepada sang suami. Dengan begitu cermat, teliti, mencakup semua memberikan pelayanan terbaiknya kepada sang suami dengan penuh cinta yang tulus. Dan sang Suami yang hebat menjadi seorang imam sang istri, dengan pandai melisankan kebijaksanaan yang membuat sang istri tak kehilangan arah.
Begitu pula kisah seorang ibu dan sang anak lelakinya. Sang Ibu begitu penuh kasih dan cinta yang tulus, dan menjadi sahabat terbaik bagi anak lelakinya dikala suka maupun duka. Menjadi penyemangat hidup, menjadi sang pemelihara, dan yang memberikan rasa aman dan tentram pada anak-anaknya, melalui kekuatan cinta sang ibu.
Demikian pula sang anak lelaki yang diperkuat oleh kekuatan cinta sang ibu, menjadi memiliki kebijaksanaan yang luhur, melalui keinginan tertingginya, bercita-cita yang terbaik bagi ibunda, berkeinginan menjadi sang superhero keluarga pengganti Sang Ayah, sang anak lelaki menjadi dipenuhi semangat luhur dan berpengetahuan. Semua karena cinta sang ibunda yang tidak bisa dilepaskan dari peran sang anak lelaki. Siapa anak yang mau kehilangan cinta dari sang ibu, ada sih... itu ibarat cerita Malin Kundang yang malu dengan kedudukan ibundanya dihadapan pasangan hidupnya.
Hanya sebuah opini. Jika garda terdepan keamanan bangsa dan negara dipenuhi oleh wanita perkasa, tentu masyarakat menjadi bijaksana. Karena jiwa wanita pandai memberikan cintanya melalui rasa aman yang diberikannya layaknya seorang ibunda.
Jika garda terdepan pertahanan bangsa dan negara dipenuhi oleh pria perkasa, tentu masyarakat dipenuhi cinta. Karena jiwa pria yang memberikan kebijaksanaannya melalui perlindungan yang diberikannya layaknya seorang ayah.
Bukan sebuah kebetulan. Berdasarkan potensi manusia yang Rian pelajari dan kembangkan dalam sudut pandang keilmuan Meta. Bahwa Pria dianugerahkan kemampuan logic melalui akalnya yang mendominasi. Sang Wanita dianugerahkan kemampuan kemampuan rasa melalui hatinya yang mendominasi. Oleh karena itu Pria lebih rasional, dan Wanita lebih perasa.
Namun bukan tak mungkin seorang pria bisa lebih perasa dibanding wanita, dan seorang wanita lebih rasional dari pria. Semua terjadi karena keinginan luhur yang ia panjatkan melalui untaian doa-doa yang ia panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Perkasa.
Sang wanita yang berkeinginan luhur mengabdi pada negeri, pasti terasah kemampuan logicnya.