Lihat ke Halaman Asli

Indrian Safka Fauzi

Praktisi Kesadaran Berketuhanan, Kritikus Fenomena Publik dan Pelayanan Publik. Sang pembelajar dan pemerhati abadi. The Next Leader of Generation.

Sehampar Puisi Berbait (Episode 3) - Terik Mahsyar Menggelegar

Diperbarui: 8 Maret 2022   19:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi pribadi

Selamat jumpa kembali sobat Kompasiana! Izinkan Rian menuliskan sebuah puisi dalam mode postingan "Sehampar Puisi Berbait". Hanya ada satu judul puisi dalam mode ini. Selamat menikmati!

***

Judul: Terik Mahsyar Menggelegar

Ah!
Ternyata ini yang dijanjikan!
Betapa bodohnya aku semasa dunia ada.
Lihat diriku yang sekarang!
Kini terjebak dengan badan.
Sesuai amalan hidup di dunia.

Ku berbaris dalam keringat.
Menatap putaran kisah setiap manusia.
Dari yang hina hingga yang penuh kemuliaan.
Tak ada lagi canda tawa.

Giliranku meratapi kisah diri, disaksikan.
Kumohon tutup aib-aibku ya Tuhan...
Aku malu melihat diri terkelupas.
Disaksikan seluruh jiwa padang Mahsyar.

Terik Mahsyar Menggelegar.
Keringat mengalir menenggelamkan.
Sesuai amalan yang dipunya.

Apa arti sebuah amalan?!
Jika tidak berdasar pengetahuan?!
Apa arti sebuah amalan?!
Jika tidak dilandasi ketulusan?!

Sungguh merugi hamba.
Walau timbangan pahala menunjukkan.
Namun hampir saja, tak sampai.
Karena banyaknya kesalahan dan dosa yang nampak.
Yang terputar...
Tersaksikan...

Ku dahulu terlambat taubat.
Hingga harus menghadap akibat.
Perbuatan diri semasa dunia.

Inilah kisah masa depan.
Terik Mahsyar Menggelegar.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline