Lihat ke Halaman Asli

Jurnal Refleksi Dwi Mingguan Modul 2.3 - Coaching untuk Supervisi Akademik - Calon Guru Penggerak

Diperbarui: 28 Juli 2024   01:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumentasi Pribadi

Pada modul2.3 saya membuat jurnal refleksi dengan Model Six Thinking Hats yang diperkenalkan oleh Edward de Bono pada tahun 1985. Model ini melatih melihat satu topik dari berbagai sudut pandang, yang disimbolkan dengan enam warna topi. Setiap topi mewakili cara berpikir yang berbeda; beberapa di antaranya terkadang mendominasi cara kita berpikir.

1. Topi putih (Fact)

  • Mulai dari diri modul2.3 dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan reflektif terkait supervisi akademik dan pengembangan kompetensi diri serta harapan terkait modul 2.3
  • Eksplorasi konsep Coaching secara Umum dan Konsep Coaching dalam Konteks Pendidikan
  • Prinsip dan Paradigma Berpikir Coaching dalam Supervisi Akademik
  • Kompetensi Inti Coaching
  • Percakapan Berbasis Coaching dengan Alur TIRTA
  • Umpan Balik Berbasis Coaching
  • Supervisi akademik dengan paradigma berpikir Coaching

2. Topi Merah (Feelings)

  • Setelah mempelajari dalam eksplorasi konsep, saya mulai tertarik untuk mendalami isi dari modul Ini
  • Saya merasa senang saat melakukan praktik coaching bersama rekan CGP dalam ruang kolaborasi dan demonstrasi kontekstual
  • Saya optimis untuk mampu mengaplikasikan di sekolah baik sebagai coach, coachee ataupun observer

3. Topi Kuning (Benefits)

  • Mengajukan pertanyaan berbobot hasil dari mendengarkan aktif yaitu RASA yang diperkenalkan oleh Julian Treasure. R (Receive/Terima), A (Appreciate/Apresiasi), S (Summarize/Merangkum), A (Ask/Tanya)
  • Prinsip coaching yaitu "kemitraan, proses kreatif, dan memaksimalkan potensi". Dalam berinteraksi dengan rekan sejawat atau siapa saja, kita dapat menggunakan ketiga prinsip coaching tersebut dalam rangka memberdayakan orang yang sedang kita ajak berinteraksi
  • Adanya rasa percaya dalam hubungan supervisor dan guru serta dalam proses supervisi akademik ini
  • Guru menyadari dan memahami peran yang sedang ditunjukkan oleh kepala sekolah
  • Peran kepala sekolah tulus dan disesuaikan dengan kebutuhan yang ada

4. Topi Hitam (Cautions)
Banyak yang salah kaprah terhadap supervisi yang dilakukan, ada yang beranggapan bahwa supervisi adalah mencari-cari kesalahan. Hal itu juga tidak bisa kita salahkan karena memang supervisi yang terjadi saat ini sifatnya satu arah dan tidak sesuai dengan alur yang sebenarnya.Inilah tantangan bagi saya dalam melakukan proses coaching disekolah sesuai kompetensi inti yang harus dimiliki dan Alur TIRTA

5. Topi Hijau (Creatifity)
Dalam menjalan peran sebagai pemimpin pembelajaran sangat perlu melakukan pendekatan model coaching untuk membantu rekan sejawat atau murid dalam mengatasi tantangan atau masalah yang mereka hadapi dengan cara yang konstruktif. Proses coaching ini dapat dilakukan kepada rekan sejawat agar dapat memaksimal potensi yang dimiliki oleh guru tersebut dalam meningkatkan kualitas pengajarannya.

6. Topi Biru (Process)

  • Coaching bertujuan untuk memfasilitasi melalui dukungan yang konstruktif dan bukan dengan mencari kesalahan. Pendekatan ini membantu guru untuk mengidentifikasi kekuatan mereka dan mana yang perlu diperbaiki dengan cara yang membangun.
  • Coaching memfasilitasi kolaborasi yan baik antara coach, coachee, dan supervisor. Ini memperkuat komunikasi yang efektif dan membangun hubungan profesional yang positif
  • Proses coaching mendorong refleksi pribadi dan evaluasi berkelanjutan



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline