Lihat ke Halaman Asli

Intan Rohmawati

Freelancer

Menghapus Jejak

Diperbarui: 29 Oktober 2023   23:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Perempuan itu terus berjalan. Meninggalkan puluhan bahkan ratusan jejak yang diabaikan. Pandangannya lurus ke depan. Sesekali melihat sekeliling. Memandang sekitar. Dari jauh tampak rumah-rumah di sisi kirinya. Ada taman di sepanjang tepi jalannya. Taman yang luas hingga menjauhkan rumah-rumah itu dari jalan. Taman yang beraneka ragam. Taman bermain yang disesaki anak-anak, taman yang penuh bunga, taman yang hanya berisi rerumputan, taman yang dihias dengan air mancur dan kolam ikan, dan tan taman dengan bentuk lain-lain. Ada pertokoan di sebelah kanan. Dilengkapi deretan parkiran di depannya. Hanya trotoar yang menjadi pembatas jalan. Ada toko peralatan rumah tangga, toko bahan makanan, toko pakaian, toko sepatu, toko tas, rumah makan dan tempat pembelanjaan lain. 

Beberapa kali ia tersenyum disapa orang-orang. Ada yang dikenal. Ada pula yang tidak dikenal. Bahkan ada yang mengajaknya berbincang. Berkenalan, bertanya kabar, bertanya tempat, bertanya arah. Banyak sekali bahan pembicaraan. Hingga ada yang menawarkan untuk menemaninya berjalan.

"Kau mau kemana puan?"

"Aku hanya ingin berjalan-jalan, tuan.”

"Boleh aku temani?"

"Apa kau tidak keberatan tuan?"

"Tidak. Aku juga sedang luang. Ingin menyegarkan pikiran. Melihat pemandangan."

"Oh, baiklah kalau begitu."

Laki-laki dan perempuan itu berjalan beriringan. Menyusuri jalanan. Sesekali berbincang. Sesekali tersenyum. Sesekali tertawa. Sesekali saling berpandangan tanpa sengaja.

"Kau tidak lelah puan?"

"Belum. Kau?"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline