Lihat ke Halaman Asli

Intan Rohmawati

Freelancer

Dunia Mimpi

Diperbarui: 20 Mei 2022   21:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

            Hujan menjelma gerimis ketika aku mengaktifkan ponsel dan memeriksa notifikasi. Seusai makan bersama teman-teman sambil menunggu adzan maghrib. Ada satu pesan yang menarik perhatian. Dari Brian. Singkat, jelas, dan memancing penasaran.

“San”

“Iyaa?”

“Lagi dimana?

“Di kamar. Ada apa?

“Tadi dimana?”

            Melihat dia sangat antusias tentang keberadaanku, aku semakin penasaran. Aku tau dia biasa bersikap terlalu baik. Tapi dia tidak biasanya seperti ini. Kupikir telah ada sesuatu yang terjadi. Aku mengabaikan keadaan sekitarku dan merapat ke depan lemari.

***

            Secerah siang di musim hujan. Di sinilah aku, depan kost bercat biru. Menunggu seorang yang cukup untuk dibilang teman jika sebutan sahabat terlalu tampak dekat. Namanya, Isna. Aku sudah berjanji mengantarnya bimbingan ke rumah dosen. Yah, mau bagaimana lagi? aku yang belum apa-apa dia sudah ke mana-mana penelitiannya. Sejujurnya aku malu mengantarnya. Takut ditanyai dosen kami. Tapi ya, sudah janji. Harus ditepati. Betul tidak?

            Janjinya mau jam satu. Tapi waktu memang begitu. Selalu melebihi kecepatanku. Pada akhirnya, kita berangkat jam dua. Setelah Isna muncul dari balik pintu kamarnya khas dengan senyum mringisnya.

            Perjalanan santai dan kami menikmatinya. Rumah dosen kita tidak terlalu jauh. Tidak pula di tengah kota. Tetapi dekat kampus tetangga. Kadang aku berharap bertemu mahasiswanya. Dan harapan itu tak pernah jadi nyata.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline