Lihat ke Halaman Asli

Resensi Cerpen "Kuda Bersayap" Karya A Warist Rovi

Diperbarui: 22 April 2021   08:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Resensi cerpen Kuda Bersayap karya A Warist Rovi. | pexels

Tugas resensi cerpen, dengan sistematika :

Identitas cerpen

  • Judul cerpen                   : Kuda Bersayap
  • Nama pengarang          : A Warist Rovi
  • Ilustrator                          : Budiono/Jawa Pos
  • Dipublikasikan               : 31 Maret 2019
  • Penerbit                             : lakonhidup.com
  • Halaman                            : 4 halaman
  • Cerpen yang diresensi : Halaman 1-4

Pendahuluan

A Warist Rovi Lahir di Sumenep, Madura, 20 Juli 1988. Karya-karyanya berupa cerpen, puisi, esai, dan artikel dimuat di berbagai media nasional dan lokal. Bukunya, Dukun Carok & Tongkat Kayu, terbit pada 2018.

Isi resensi

Kekurangan

Dalam cerita ini sedikit mengulas tentang khayalan tentang kuda terbang dan mungkin banyak orang yang tidak mempercayainya.

Kelebihan

Dalam cerita tersebut, penulis menggunakan bahasa yang sederhana dan pemilihan kata yang tepat sehingga mudah dipahami sekaligus tidak membosankan bagi pembaca.

Simpulan

Pikiran Mubin selalu dibayang-bayangi kuda bersayap yang keluar dari pohon beringin dan ditunggangi Langkir setiap pagi. Sudah puluhan tahun sejak kali pertama Mubin melihatnya hingga kini,

Langkir tetap tak pernah mengakui perihal itu, bahkan marah ketika didesak dengan pertanyaan itu. Ketika menceritakan hal itu kepada warga, Mubin malah ditertawakan dan diledek dengan sebutan suka mengkhayal. 

Padahal, nyaris setiap bulan Munbin selalu mengcek pohon beringin itu setiap pagi. Sepasang matanya tetap memiliki peristiwa unik itu. Langkir mengeluarkan kuda bersayap dari dalam pohon beringin itu.

Lalu, kuda itu terbang membawa Langkir ke langit. "Tapi, kenapa orang-orang tidak percaya dan malah menuduhku suka berkhayal?" Mubin menopangkan wajah cemasnya pada tangan kanannya yang tegak diatas meja.

Kepalanya pusing. Dia merasa tersiksa dengan peristiwa ajaib itu. Terbesit keinginan untuk mencoba menghapus ingatan peristiwa itu dari ingatannya.  

Rekomendasi/saran

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline