Lihat ke Halaman Asli

Intan Aulia Rahma

Mahasiswa Universitas Negeri Jakarta

Dampak Penggunaan Media Sosial terhadap Kesehatan Mental

Diperbarui: 22 Maret 2023   13:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

NAMA : INTAN AULIA RAHMA

NIM : 1405622021

PRODI : PENDIDIKAN SOSIOLOGI

UTS ILMU SOSIAL BUDAYA DASAR

DOSEN PENGAMPU : SYAIFUDIN, M.KESOS


DAMPAK PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL TERHADAP KESEHATAN MENTAL

Perkembangan dan kemajuan Ilmu Pengetahuan Teknologi atau IPTEK yang semakin pesat sejalan dengan kemajuan zaman. Dalam perkembangan kemajuan khususnya di bidang teknologi dan informasi telah banyak membawa dampak positif dan juga negatif di segala aspek, tidak terkecuali dalam segi kesehatan mental. Kesehatan mental lebih dari sekedar gangguan mental. Terlebih kesehatan mental dewasa ini sangat digandrungi anak milenial. Hal itu lantaran dahulu, kesadaran dan perhatian terhadap kesehatan mental tidak seperti sekarang.

Sehingga saat ini Gen Z atau Alpha mendapatkan stigma yang lemah atau sangat sensitive dari generasi sebelumnya karena mereka selalu menjadikan alasan kesehatan mental untuk melindungi dirinya. Kesadaran terhadap kesehatan mental tidak terlepas dari peran kemajuan IPTEK. 

Adanya arus globalisasi yang menjadikan dunia tanpa batas menyebabkan informasi cepat tersebar ditambah penggunaan media sosial saat ini berkembang sangat cepat. Tidak memungkinkan untuk mengetahui informasi terbaru dan menyebarkan opini-opini terkait keseluruh dunia yang terhubung dalam teknologi media sosial. Perkembangan globalisasi dan TIK mengalami konvergensi yaitu integrasi media massa dan telekomunikasi dan mengubah perilaku manusia, sehingga tidak mengherankan jika dewasa ini kesehatan mental menjadi topik yang hangat dan menarik untuk diperbincangan terlebih untuk kaum "open minded". 

Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi bukanlah suatu hal yang baru teknologi merupakan salah satu bagian yang mendukung peradaban kebudayaan manusia. Revolusi industri telah menjembatani teknologi modern bisa berkembang seperti sekarang ini. Inovasi teknologi yang digulirkan oleh pihak-pihak kapitalis dengan proyek modernisasinya ikut mempercepat teknologi ini meluas sampai ke penjuru dunia. Perkembangan teknologi di sisi lain ternyata memberikan dampak yang sebelumnya tidak pernah dibayangkan manusia. 

Hal ini karena pengaksesan media informasi dan teknologi sangat mudah terjangkau untuk berbagai kalangan, baik untuk kaula muda maupun tua, kaya ataupun menengah ke bawah. Bahkan saat ini pun anak-anak usia 5 sampai 12 tahun sudah mahir menggunakan gadget dan bisa dikatakan mereka besar dengan kemewahan akses digital yang mudah. Kemudahan menerima informasi dari mana saja, kapan saja dan bagaimana saja, membuat anak-anak menjadi cepat tangkap dan mengolah informasi apa yang ia lihat. Sehingga tidak mengherankan jika anak-anak sekarang ini sangat pintar dan berpikiran terbuka, mereka dijuluki sebagai generasi multi-tasking.

Kemudahan akses teknologi memudahkan banyak kalangan, seperti yang dikutip dari New York Times bahwa terjadi sebuah kasus dimana seorang anak mengalami kecanduan atau ketergantungan pada gadget atau tablet yang telah diberikan oleh orang tua nya. Banyak orang tua yang menjadikan gadget atau tablet menjadi jalan pintas nya untuk menenangkan anak nya, cukup membelikan sebuah tablet yang saat ini harganya sudah terjangkau dan hanya sekali klik saja beragam hiburan atau tontonan ada dan mudah menjadi penenang anak-anaknya, sehingga tidak heran jika dampak negatif yang dirasakan adalah kecanduan anak-anak terhadap teknologi itu. 

Para orang tua pun tidak bisa berbuat apa-apa lagi selain menuruti keinginan anaknya yang merengek atau tantrum. Karena sebenarnya anak-anak belum waktunya memegang atau terbiasa dengan gadget atau teknologi, mereka masih memerlukan interaksi yang luas dan intim dengan lingkungan keluarga, teman-teman sebaya nya, taman bermain, menggambar dan sebagainya. 

Terlebih pada saat pandemi Covid-19 mengharuskan orang-orang untuk tetap dirumah dan mengurangi sosialisasi langsung. Semua kegiatan dilakukan di dalam rumah dengan kemudahan teknologi. Dimulai dari kemudahan berbelanja tanpa perlu ke mall atau membeli makanan tanpa harus keluar rumah tinggal klik lalu makanan atau pesanan bisa diantar ke rumah dengan mudah. Bekerja pun juga bisa dilakukan di rumah, tidak perlu jauh-jauh dan menghabiskan tenaga untuk pergi ke kantor dan tentunya menghemat waktu dan juga uang.

Sama hal nya dengan pendidikan, dengan adanya Covid-19 mendorong inovasi baru dalam teknologi dengan menghadirkan platform terbaru sebagai penyelesaian dari pertanyaan "bagaimana anak-anak bisa tetap sekolah walaupun tidak tatap muka". Pendidikan saat ini sudah berubah haluan menjadi akses online, hingga saat ini pandemi Covid-19 sudah mereda dan sudah diperbolehkan beraktivitas seperti biasanya. Namun beberapa universitas atau institusi pendidikan masih melakukan pembelajaran online atau hybrid. Sehingga dapat dikatakan bahwa dengan kemajuan IPTEK memudahkan arus penerimaan informasi pendidikan. 

Kemajuan IPTEK salah satunya meningkatnya penggunaan media sosial. Menurut data dari kominfo sebesar 30 juta atau sekitar 80% responden baik anak-anak maupun remaja adalah pengguna internet, dan  saluran  komunikasi  melalui  media  digital  menjadi  pilihan  utama  bagi  mereka (Kominfo, 2020). Data tersebut menunjukkan bahwa mina tanak-anak dan remaja terhadap pemanfaatan jaringan   internet   untuk  berbagai   aktifitas  daring   cukup   tinggi. 

Penggunaan  media digital termasuk media sosial, sudah menjadi bagian dalam kehidupan remaja saat ini. Sebesar 130 juta atau 48% dari total populasi remaja menggunakan media sosial mobile / gadget(Jannah, 2020). Banyak kemudahan yang dirasakan dari penggunaan media digital seperti, mudahnya mengakses informasi, menjalin  komunikasi,  mengembangkan  bakat  minat, berbagi  pemikiran dan  mencari  hiburan. 

Dibalik kemudahan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya kemajuan pesat penggunaan media sosial saat ini diibaratkan seperti dua mata pisau. Dimana disatu sisi memberikan dampak positif dan juga negatif terlebih untuk kesehatan mental. Banyak penelitian ilmiah yang menyebut bahwa penggunaan media sosial yang berlebihan bisa menyebabkan resiko gangguan mental. Seperti yang kita ketahui bahwa dewasa ini pengguna media sosial berkembang pesat bahkan alih-alih saat ini sudah dikenalkan metaverse sebagai sebuah peradaban maju dimana dunia dikuasai oleh teknologi internet. 

Adapun dampak negatif yang ditimbulkan dari penggunaan media sosial terhadap kesehatan mental remaja. Pertama penyalahgunaan dalam pencarian informasi dan kecanduan media sosial yang berakibat pada kondisi psikologis remaja. Media sosial dapat mempengaruhi pandangan diri remaja (self image) dan hubungan interpersonal melalui perbandingan sosial dan interaksi negatif, termasuk cyberbullying. Selain  itu,  konten  media  sosial  sering  kali  melibatkan  normalisasi  dan  bahkan berpotensi  memicu  tindakan  menyakiti  diri sendiri  dan  bunuh  diri dikalangan  remaja (Jaoudedkk., 2020). 

Beberapa   penelitian   terkait   penggunaan   media   sosial   dan   kesehatan   mental diantaranya Penelitian Zhao & Zhou, menunjukkan penggunaan media sosial yang lebih tinggi dikaitkan  dengankesehatan  mental  yang  lebih  buruk.  Lebih  banyak  paparan  berita  bencana melalui  media  sosial  dikaitkan  dengan  depresi  yang  lebih  besar  bagi  peserta  dengan  tingkat stresor  bencana  yang  tinggi  (tetapi  tidak  rendah).  Selain  itu,  analisis  jalur  menunjukkan pengaruh negatif memediasi hubungan penggunaan media sosial dan kesehatan mental (Zhao &  Zhou,  2020).  

Selanjutnya  penelitian  dari  Koh  &  Liew  melalui  media  sosial  twitter  diperoleh data  bahwa  pengguna  twitter  seringmengunggah  ulasan  tentang  masalah  kesehatan  mental dankesepian  (loneliness)  selama  pandemi  covid-19 (Koh  &  Liew,  2020).  Dengan  demikian dapat  disimpulkan  bahwa  selama  masa  pandemi  permasalahan  kesehatan  mental  menjadi sebuah topik yang sering menjadi sorotan di media sosial.

Kedua, dampak dari penggunaan media sosial bagi kesehatan mental yaitu memicu stress dan depresi. Penelitian lain terkait depresi berdasarkan  gender dilakukan  oleh Kelly  dkk. Penelitian  ini menunjukkan bahwa   penggunaan   media   sosial  dan gejala   depresi   lebih   besar   pada perempuan dibandingkan  anak  laki-laki.

Penggunaan  media  sosial  yang  lebih  besar  terkait  dengan pelecehan  online,  kurang  tidur,  harga  diri  rendah,  dan  citra  tubuh  yang  buruk, hal ini menunjukkan skor  gejala  depresi  yang  lebih  tinggi. Selain  itu,  interaksi  media  sosial yang  lebih  tinggi  pada  usia  10  tahun  dikaitkan  dengan  penurunan  kesejahteraan  pada perempuantetapi  tidak  untuk laki-laki (Booker,  Kelly,  &  Sacker,  2018).  Dari  penelitian-penelitian tersebut  dapat disimpulkan  bahwa  dampak  penggunaan  media  sosial  berbeda antara perempuan dan laki-laki

Ketiga, dapat mengganggu kualitas tidur. Tidur yang cukup dan berkualitas berkaitan erat dengan kesehatan tubuh, begitu pula dengan kesehatan mental nya. Dewasa ini kita sendiri pasti tidak luput dari memegang gadget sebelum tidur.

Bahkan beberapa ada yang bisa tidur hanya jika ia memegang gadget hingga berujung ketiduran. Berselancar di media sosial sebelum tidur merupakan kebiasaan buruk, karena dengan begitu otak akan menangkap apa yang kita lihat dan merasa segar sehingga melupakan waktu tidurnya. Hal tersebut karena cahaya layar gadget mampu meniru sifat alami matahari, sehingga otak menerima sinyal bahwa keadaaan masih pagi. Selain itu cahaya dari gadget dapat mengganggu produksi hormon melatonin yang berfungsi menimbulkan rasa kantuk. Maka, tidak sedikit kita jumpai bahwa kebanyakan orang produktif di malam hari dan beristirahat di siang hari. 

Keempat, dapat menghilangkan rasa percaya diri. Maraknya penggunaan media sosial berlebih dapat menimbulkan insecuritas dalam diri kita. Media sosial saat ini menjadi sebuah ajang flexing (pamer) dan fomo (fear of missing out) ketakutan jika tertinggal dari yang lain, sehingga pengguna media sosial berlomba-lomba menunjukan kemewahan, keahlian dan apa yang sedang trend saat ini. Hal ini dapat menimbulkan insecuritas dalam diri individu ketika membuka dan menggunakan media sosial. 

Membandingkan apa yang orang lain bagikan di media sosial dengan apa yang individu punya dan nantinya akan menimbulkan rasa tidak berharga, serta iri hati yang berujung pada depresi dan mengalami gangguan mental. 

Kelima, menimbulkan kecanduan hingga kejahatan sosial. Kemudahan akses internet media sosial akan menyebabkan anak memperoleh apa yang belum saatnya diperoleh baik berupa gambar, tulisan, suara, dan lain sebagainya. Di berbagai media pembemberitaan seperti televisi dan internet, telah ditemukan berbagai berita mengenai anak dibawah umur yang mengakses situs porno. Sebagai contoh salah satu kasusnya adalah, sebuah koran harian Jakarta meng- informasikan bahwa telah terjadi kasus pelecehan seksual yang dilakukan seorang bocah kelas 5 SD kepada teman sebayanya. 

Setelah ditelusuri secara lengkap, diketahui bahwa motif kegiatan kriminalitas ini dilakukan karena sang pelaku yang masih dibawah umur ini sudah beberapa kali mengakses situs porno. Hal ini terjadi ketika Telkom dan Kemkominfo belum gencar melakukan pemblokiran situs porno. Pada saat ini situs porno telah diblokir pemerintah, namun anak dan remaja masih menemukan celah untuk dapat mengakses situs-situs terlarang tersebut, antara lain dengan bantuan DNS 8.8.8.8 atau biasa disebut DNS Google, proxy, VPN, dan lain sebagainya. 

Mudahnya mengakses media sosial menjadikan seseorang menjadi kecanduan, dimana awalnya hanya untuk melepas kebosanan hingga menjadi sebuah kewajiban, jika tidak bermain media sosial dalam sehari seperti ada yang kurang dan merasa cemas. 

Media sosial merupakan sebuah wadah untuk berkomunikasi dalam era globalisasi ini. Mengingat  penggunaannya  yang semakin meluas  di  berbagai  usia,  media  sosial dikenal   sebagai   sumber   penguatan   dan   validasi   sosial. Platform ini dapat memberi kesempatan  bagi  setiap orang  untuk  berbagi  ide,  berinteraksi  sosial,  membentuk  hubungan, menarik  perhatian  orang  lain  dan  menciptakan  citra  sosial (Kietzmann,  Hermkens,  McCarthy, &  Silvestre,  2011).  

Selama  krisis  global,khususnya  ketika social  distancing telah  menjadi norma, media  sosial menjadi  'kebutuhan  psikologis' yang  dapat membantu  orang  untuk memenuhi  kebutuhan dalam berinteraksi antar manusia dan mengatasi kesulitan dimasa pandemi.

Dengan demikian media  sosial dapat  dijadikan cara  untuk memobilisasi orang agar mengambil langkah proaktif untuk menghadapi krisis jika dikelola dengan baik dan bijak. Untuk itu kita sebagai generasi penerus dengan banyak kelebihan yang dimiliki hendaklah dapat dengan bijak menggunakan media sosial jangan sampai kita yang menciptakan teknologi menjadi budak dari tekologi tersebut demi kemajuan peradaban manusia yang lebih baik. 



REFERENSI

  • S Ameliola, HD Nugraha, (2013), PERKEMBANGAN MEDIA INFORMASI DAN TEKNOLOGI TERHADAP ANAK DALAM ERA GLOBALISASI, Universitas Brawijaya, Malang
  • Septiana Nila, (2021), DAMPAK MEDIA SOSIAL TERHADAP KESEHATAN MENTAL DAN KESEJAHTERAAN SOSIAL REMAJA DIMASA PANDEMI COVID-19. Jurnal Nusantara Of Research (JURNAL NOR), hal 2-4
  • Kementerian Kesehatan Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan, Ketahui Dampak Negatif Media Sosial Bagi Kesehatan Mental (2022), https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/1108/ketahui-dampak-negatif-media-sosial-bagi-kesehatan-mental






BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline