Lihat ke Halaman Asli

Intan Rachmita

Pengabdi Masyarakat

Margareta Sofyana, "Pahlawan dalam Senyap"

Diperbarui: 21 November 2019   08:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

         Bersama Ibu Margareta Sofyana, nominator Ibu Ibukota Awards Bidang Kesehatan di Rumahnya

Harapan saya Pemerintah dapat memberikan pelayanan yang cepat. Orang susah jangan dipersulit

Kutipan di atas merupakan salah satu harapan dari Margareta Sofyana, salah seorang nominator Ibu Ibukota Award bidang kesehatan. Sudah tidak diragukan lagi kiprahnya di dunia pengabdian masyarakat, khususnya di wilayah Kecamatan Cempaka Putih. Margareta Sofyana atau kerap disapa 'Rita' atau 'Mak' oleh masyarakat sekitar, merupakan kader kesehatan, yang sudah tidak terhitung kontribusinya di bidang kesehatan masyarakat.

Rita lahir pada tanggal 20 Oktober 1972 di Jakarta, dari ayah berdarah Ende dan Ibu berdarah Sunda. Rita kecil tumbuh dalam keluarga mapah, pendidikannya hanya sampai tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP). Saat ini, Rita tinggal bersama keluarga kecilnya di rumah kontrakan, berukuran kurang lebih 45 meter persegi di daerah padat penduduk, RW 08 Kelurahan Rawasari, Kecamatan Cempaka Putih.

Keterbatasan tidak membuat Rita menyerah dan pasrah dengan kehidupan, malah menjadikan pecut untuk hidup lebih baik lagi setiap harinya, bahkan "syukur-syukur bisa bermanfaat untuk orang banyak,' ujar Rita.

Tahun 2007, Rita divonis kalau benjolan di payudara kirinya kemungkinan ganas oleh dokter di salah satu rumah sakit besar di Jakarta. Ketika mendengarkan vonis dokter, seketika hidupnya hancur. Ritapun mengaku sempat mengalami depresi, karena vonis tersebut datang ketika ia juga manghadapi permasalahan di keluarga dan dilingkungan tempat tinggalnya.

Sampai suatu saat, Rita bertemu dengan rekan sesamanya yang mengalami penyakit serupa. Rekannya tersebut sangat mendukung dan mendorong Rita untuk semangat dan tidak menyerah pada keadaan, sempat Rita dibawa ke RS Dharmais untuk melihat para cancer survivors dalam suatu pertemuan. Dari sanalah, semangat Rita bangkit, "masalah saya tidak seberapa dengan teman-teman yang saya temui saat itu, banyak yang sudah dalam kondisi stadium lanjut bahkan divonis tidak akan berumur panjang. Dan, mereka masih bisa ketawa lepas, seneng." Dari situ, Rita bertekad untuk bangkit, maju dan berusaha untuk sembuh. Usaha Ritapun berbuah manis. Tahun 2008, Rita dinyatakan sembuh oleh dokter.

Pengalaman itu membawa kehidupan Rita ke tingkatan yang lebih tinggi, memotivasinya untuk membantu tetangga atau kerabatnya yang sakit dan mengalami kesulitan. Rita mulai melakukan banyak pendampingan, memberikan semangat untuk terus berobat ke penderita kanker di tempat tinggalnya, bahkan kerap kali Rita dimintai tolong untuk membantu pengurusan Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) guna pengurangan biaya pengobatan.

Bagi Rita, dukungan semangat adalah segalanya terutama untuk penderita kanker, agar tetap semangat berobat dan menjalani hidup. Persis apa yang sudah berikan oleh rekannya, sesama cancer survivors, ketika Rita divonis kanker kala itu.

Bak gayung bersambut, Tahun 2012, Rita mendapatkan kesempatan mengikuti Pelatihan Penanganan Kanker dari Yayasan Kanker Indonesia (YKI), melalui Tim Penggerak Pemberdayaan Kesehatan dan Keluaraga (TP PKK) Kecamatan Cempaka Putih. Selama Pelatihan, Rita banyak mendapatkan ilmu terkait apa itu kanker, cara pencegahan, cara penanganan, cara pengobatan, serta bagaimana merawat pasien kanker dengan baik.

Apa yang dilakukan Margaretha untuk lingkungan sekitar memang tak masif meski juga tak bisa diabaikan. Sebagai Penggerak Humanis menciptakan Harmonis.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline