Lihat ke Halaman Asli

Ruang 308 Penuh Kenangan

Diperbarui: 17 Juni 2015   06:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“Sebenernya aku salah apa dik ? Sampai-sampai kamu mutusin aku ?”

Siang itu aku diajak pacarku ketemuan di parkiran WTC Surabaya. Tak kusangka pertemuan singkat dengannya siang itu statusku menjadi lajang. Jujur saja, aku galau. Aku gak tahu salahku apa ? Tapi kenapa dia mutusin aku. Aku berangkat kuliah siang itu dengan perasaan gundah gulana. Campur aduk yang kurasakan. Dosen membahas materi ini itu, teori ini itu, tapi aku gak fokus. Dalam hatiku aku bertekad tidak ingin menjalin hubungan dengan siapa pun. Fikirku semua cowok itu sama aja pembohong !!!

“Arrrgggghhh” aku teriak sendiri di kamar. Aku menata buku-buku kuliah. Kumasukkan kedalam tas punggung miniku. Aku terus –menerus menyemangati diriku sendiri. Aku harus bisa move on !!! Setelah kutata dengan rapi buku-buku di tas. Kini, ku berangkat kuliah. Tak lupa pamit nenekku sebelumberangkat kuliah. Aku nyalakan tombol start vario biruku. Ku mengendarai vario biru dengan santai. Plat nomor “S” itu melaju dengan kecepatan tiga puluh kilometer per jam. Selama lima menit perjalan dari kelurahan Mojo ke jalan dharmawangsa, tempat kampusku didirikan. Motor matic ku parkirkan di parkiran FISIP(Fakultas Ilmu Sosial dan Politik)

Hari ini adalah kuliah pengganti. Dosenku memberiku tugas dan sesampainya di kelas aku hanya tanda tangan sebagai syarat kehadiran. Aku mengantri dibarisan teman-teman kuliahku untuk tanda tangan. Karena tak sabar mengantri, ku putuskan untuk tanda tangan di akhir pertemuan. Kusambi main laptop dan gadget. Lima menit kemudian laptopku mati. Aku coba mengeluarkan colokan untuk men-charge laptopku. Tapi sialnya stop kontak di ruang 307 penuh. Aku coba untuk keluar dan membawa laptopku.

“Pak, boleh numpang ngecas ?” kataku pada penjaga ruang gedung A

Penjaga ruang itu lantas mengiyakanku. Aku buka dokumen dicatatanku tertulis “TUGAS PRESERVASI” deadline hari ini. Bergegas aku googling untuk referensi tugasku. Sambil duduk mengecas laptop aku searching. Penjaga ruang itu menenui temannya sambil melirik aku duduk di area penjaga ruang. Mereka bertiga nampaknya sedang nggosip rekan kerjanya. Salah satu dari mereka menggodaku.

“Mbak, kok sendirian ? Pacarnya mana mbak ?” Tanya salah satu penjaga ruang itu. Aku hanya diam dan tersenyum sempit.

“Pacar dari mana mas ? jik tas ae putus (terjemah : baru aja putus)” balasku dengan senyum lebar dan agak sedikit GR.

“Wah kalau gitu aku boleh dong daftar ?” Elak seorang penjaga ruang yang baru saja naik dari lantai satu. Jujur saja mas ini buat aku GR. Tapi, aku kan udah janji aku gak kan pacaran lagi. Barangkali aja mas-mas ini cumin iseng menggodaku, tak ada maksud apa-apa.

Tiba-tiba saja . . .

Laptop-ku error!!! Aduh, sialnya aku . . . Aku ngerjain tugas yang di-deadline hari ini tapi laptop ku error! Mana aku bego tentang IT. Duh, gimana nih.

“Mas, gimana nih. . . laptopku error mas . .” Spontan aku minta mas-mas penjaga ruang yang bahkan tak aku kenal sebelumnya.

“Laptopmu kenapa mbak ?”

“Aku juga gak tau mas, tiba-tiba aja macet”

Sambil benerin laptop, mas-mas tadi ngajak ngobrol aku.

“Mbak, jurusan apa ?”

“Ilmu Informasi dan Perpustakaan mas”Jawabku tegas.

“Ooo, angkatan berapa mbak ?”

“2013 mas”

“Boleh minta pin BB nya mbak ? barangkali nanti macet lagi. Aku bisa hubungi mbak” katanya sambil mencuri kesempatan kenalan denganku. Dia meng-invite ku dan aku terima.

“Ooo namanya mas Indra toh ?” tanyaku ketika aku melihat pembaruan di BBM. Indra Irawan telah menjadi kontak !!! terus terang aja, selama dia duduk disampingku membenahi laptopku aku merasa nyaman, aku gak mau kehilangan dia.

Setelah Indra membenahi laptopku yang error, dia turun ke lantai satu. Dari belakang aku teriak “Mas jangan tinggalin aku !” Aku tak tahu kenapa tiba-tiba kata itu terucap dari bibirku. Sontak dia berjalan kembali ke pos penjaan ruang di gedung A FISIP Unair, untuk menemuiku.

“Yowes, aku jaluk nomermu (terjemahan : aku minta nomer HP kamu)” katanya. Aku berikan nomer HP ku ke dia. Dan setelahnya kami sms-an.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline