Lihat ke Halaman Asli

Intan Puspitasari

Mahasiswa Sosiologi

Platform Media Sosial Sebagai Sistem Budaya di Ruang Publik: Teori Sosiologi Publik-Michael Burawoy

Diperbarui: 15 Desember 2022   05:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

        Menjadi mahasiswa pada salah satu Universitas di Jogja yang kerap mendapat tugas review video dari youtube sebagai salah satu metode penguat materi pembelajaran. Sebagian besar teman-teman saya merasa lebih enjoy bila metode yang digunakan dalam perkuliahan melalui platform media sosial, karena mahasiswa cenderung lebih cepat memahami materi yang berbentuk blended learning. Lebih tertarik dan interaktif bila menggunakan yang identik dengan gambar dan suara. Menggunakan metode seperti ini mahasiswa dengan bebas menyampaikan pendapat dan interaktif dengan mahasiswa lain ataupun semua kalangan. Tidak hanya mengenai perkuliahan yang selalu berdampingan dengan media sosial, namun kehidupan seluruhnya juga berdampingan pada media sosial di ruang publik yang memberikan kepada siapapun untuk bebas menyuarakan argumentasi lewat platform media sosial. Komunikasi melalui media sosial menciptakan ruang publik terbuka bebas bagi semua pihak untuk terlibat dalam proses keputusan publik. Menurut saya, pengalaman ini merupakan contoh tentang teori publik karena platform media sosial mampu menyatukan di ruang publik dengan semua pihak.

        Saya mengenal teori publik Michael Burawoy dari jurnal “What is ‘public sociology’? Why and how should it be made stronger” karya Ragnvald Kalleberg. Jurnal ini menjelaskan teori sosiologi publik sebagai perbedaan sosiologi kebijakan, tata kelola kelembagaan, dan studi akademik. Burawoy mengatakan hal itu sebagian besar sosiologi publik adalah jenis organik. Yang mengacu pada gerakan buruh, asosiasi lingkungan, komunitas agama, kelompok hak imigran, dan hak asasi manusia, Sosiologi publik merupakan dalam wacana publik berkomunikasi dengan orang-orang sebagai anggota publik. Rasionalitas dalam wacana publik saat ini berada di bawah tekanan dari media massa yang dikomersilkan dan industri hiburan. Salah satu elemen terpenting dalam paket reformasi adalah desakan pentingnya menciptakan publik baru.

        Dalam pemahaman saya, sosiologi publik menjadikan hubungan dengan media massa ataupun platform media sosial. Contoh yang sudah saya paparkan di atas menjadi point penting dalam menjaga dan mengembangkan publik di mana partisipan antara pembicara dengan pembaca dan pendengar. Ruang publik terbuka menyajikan argumentasi dan menjadikan semua pihak produktif di ruang terbuka. Elemen pentingnya merupakan penciptaan forum publik yang mengharuskan petinggi ataupun orang lain untuk mendengarkan argumentasi.

Teori sosiologi publik diperkenalkan oleh Michael Burawoy, beliau dilahirkan di Inggris pada 15 Juni 1947. Burawoy memulai karirnya sebagai sosiolog Inggris yang bekerja dalam teori sosial Marxis. Beliau merupakan Presiden American Sociological Association pada tahun 2004 dan menjadi profesor di University of California, Berkeley. Pada tahun 2006-2010, Burawoy menjadi wakil presiden Komite Asosiasi Nasional Asosiasi Sosiologi Internasional (ISA) dan terpilih menjadi Presiden ke-17 Asosiasi Sosiologi Internasional untuk periode 2010-2014. Beliau merupakan salah satu sosiolog terkenal dengan kelompok usia 74 tahun dan menjadi seorang influencer selebriti yang fenomenal. 

Referensi:

Kalleberg, Ragnvald. 2005. “What Is ‘Public Sociology’? Why and How Should It Be Made Stronger?” British Journal of Sociology 56(3): 387–93.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline