Lihat ke Halaman Asli

Intan Puspitasari

Mahasiswa Sosiologi

Menganalisis Konflik Fenomena Quiet Quitting di Dunia Kerja: Teori Konflik-Ralf Dahrendrof

Diperbarui: 27 Oktober 2022   21:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Nama: Intan Puspitasari

NIM: 21107020005

Prodi: Sosiologi (A)

Mata Kuliah: Teori Sosiologi Modern

Dosen Penguji: Bapak B.J. Sujibto, S.Sos., M.A. 

UTS Teori Sosiologi Modern

Pada tanggal 22 Oktober 2022 saya bertemu dengan informan yang bernama Tri Yanti. Ia bekerja di Berkah Mandiri PS yang berada di Kunden RT. 003 Sendangsari, Pajangan, Bantul. Perusahaan ini merupakan sup agen PT. Japfa Comfeed, Tbk yang bergerak pada bidang poultry shop dan peternakan ayam layer. Tri Yanti menduduki jabatan di perusahaan ini sebagai manajer dan memiliki karyawan 10 orang. Perusahaan berkah Mandiri PS sudah berdiri kurang lebih 5 tahun. Di perusahaan ini karyawan masuk dari pukul 08.00 WIB hingga selesai pengiriman dan jadwal kerja dari senin sampai sabtu. 

Informan sebagai manajer di perusahaan Berkah Mandiri PS bertugas pertama, mengatur pekerjaan karyawan mulai dari bagian perkandangan ayam, pencampuran makan ayam, penggilingan jagung, bagian pengiriman, bagian penerimaan barang, dan bagian penjualan. Kedua, menyampaikan aspirasi karyawan terhadap ownernya seperti menyampaikan keperluan karyawan dalam pekerjaan masing-masing dan kendala dalam mengerjakan pekerjaan. Ketiga, mengadministrasi semua transaksi. Keempat, magayomi karyawan. Kelima, mengatur jalannya pekerjaan. 

Di dalam perusahaan Berkah Mandiri PS informan mengatakan kerap terjadi konflik antara informan sebagai manajer dan para karyawan. Terdapat konflik yang informan sampaikan yaitu ketika para karyawan melakukan kesalahan dalam pengiriman kepada customer, maka yang bertanggung jawab ialah manager karena yang mendapat laporan dari customer. Ketika karyawan pada molor saat jamnya bekerja. Para karyawan jika tidak ditunggu atau diarahkan tidak akan pernah maksimal dalam pengerjaannya. 

Tidak bisa merasa bebas karyawan dituntut untuk selalu mengerjakan pekerjaannya masing-masing. Keterlambatan dalam pengiriman sehingga membuat para karyawan tidak mau lembur. 

Dan konflik terakhir yaitu keterlambatan dalam menggaji karyawan karena para customer telat membayar. Menurut saya, pengalaman informan ini merupakan contoh teori konflik karena terdapat kekuasaan yang tidak merata atau posisi antara manajer dan karyawan. Manajer memiliki kekuasaan untuk memaksa para karyawan dalam mengontrol pekerjaannya masing-masing, sehingga akan menimbulkan konflik di dalamnya. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline