Lihat ke Halaman Asli

Tulisanku Menjadi Sepeda Baru

Diperbarui: 25 Desember 2023   10:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Tulisanku Menjadi Sepeda Baru

Sejak duduk di bangku SMP, saya sangat menyukai kepenulisan. Pernah beberapa kali menulis cerpen dan puisi. Tapi belum pernah sekalipun percaya diri menunjukkannya pada orang lain. Pernah juga menulis bareng teman-teman tentang cerita horor yang lahir dari imaji kami, cerita kegiatan sehari-hari, dan cerita lucu yang pernah kami alami. Semua tulisan itu kami jadikan satu, lalu kami bawa ke jasa pengetikan. Kemudian setelah dewasa ini baru saya pahami itulah yang disebut antologi.

Sampai beberapa waktu lalu, saya mencoba mengikuti salah satu event menulis cerpen Islami tingkat kabupaten. Awalnya, saya mengikuti event ini hanya berniat belajar membuka diri untuk peracaya diri dengan karya sendiri sekaligus mengembangkan kemampuan berliterasi. Sebab, saat ini literasi sedang digalakkan dilingkungan pendidikan.

Dari beberapa tema yang disajikan, saya memilih tema Madrasah. Dalam cerpen itu saya menggabungkan pengalaman pribadi saya dengan kisah salah satu peserta didik saya. Kebetulan waktu itu dunia pendidikan sedang murung karena pandemi. Kemudian saya mencoba menggabungkan semua latar itu menjadi sebuah cerita pendek berjudul "Bahasa Rindu Biru Putih".

Pada saat yang bersamaan, saya sedang mengikuti pelatihan kepenulisan tentang cerita Islami yang disebut CERIS. Mungkin sebab itulah saya menjadi lebih percaya diri untuk turut serta dalam event tersebut. Juga karena motifasi da dorongan dari rekan-rekan guru agar saya serius berliterasi dan menularkan ilmunya ke peserta didik.

Setelah saya mengirimkan tulisan saya, saya membuang jauh-jauh harapan memenangkan event tersebut. Cukup puas bagi saya berhasil menyelesaikan tulisan itu dan mengirimkannya. Dengan demikian, saya berhasil memulai kepercayaan diri saya terhadap karya saya sendiri. Pun sampai hari pengumuman saya sama sekali tidak ingat untuk melihat hasilnya.

Hingga akhirnya, kepala Madrasah tempat saya bekerja menelfon saya selepas subuh. Beliau menyampaikan bahwa panitia lomba telah mengirimkan pengumuman hasil lomba. Beliau menyampaiakn bahwa karya saya ada di peringkat ketiga. Saya sempat meragukan informasi itu. Dan Kepala Madrasah saya meyakinkan bahwa beliau yang akan menemui panitia untuk mengambil hadiah dan sertifikatnya.

Alhamdulillah, saya gemetar ketika menerima sebuah amplop. Saya tersenyum tersipu di depan rekan-rekan kerja saya karena mereka memberikan ucapan selamat. Satu pelajaran yang harus saya ingat pada hari itu untuk seterusnya yaitu "Percaya diri itu sangat penting untuk mengembangkan diri".

Tapi sekali lagi, bukan hanya hadiah dan nominal itu yang membuat saya berkali-kali bersyukur. Tapi karena saya berhasil mempercayai tulisan saya sendiri dan justru dari hal yang sebelumnya tidak saya percayai itu saya bisa membelikan sepeda baru untuk putri saya.

Senang seklai rasanya...Semoga menjadi inspirasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline