Lihat ke Halaman Asli

Menerangi Kegelapan: Memahami dan Mencegah Bunuh Diri

Diperbarui: 7 Januari 2024   22:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Baru saja memasuki awal tahun 2024, media massa sudah dihebohkan dengan berita yang mengenaskan. Melansir dari platfrom okenews, dua orang warga Bantul yaitu Wkr (61)  lelaki asal Dusun Depok RT 04 Kalurahan Parangtritis Kecamatan Kretek Bantul yang ditemukan tergantung di kamar rumahnya dan M (61) warga dusun Seropan 1 Rt 001 Kalurahan Muntuk Kapanewon Dlingo Bantul yang ditemukan bunuh diri dengan cara gantung diri di pohon melinjo belakang rumahnya. Kejadian tersebut terjadi secara bersamaan pada hari Selasa, 2 Januari 2024.

Kasi Humas Polres Bantul, Iptu I Nengah Jeffry Prana W mengatakan Wkr melakukan aksi bunuh diri di kuda-kuda atap kamarnya. Jasadnya WKR pertama kali ditemukan oleh istrinya yaitu M. Selasa pagi, seusai bangun tidur M berusaha mencari suaminya karena merasa janggal dan curiga motor yang biasanya digunakan untuk bekerja masih terparkir dirumah. WKR biasanya juga tertidur diteras rumah, namun saat itu pintu kamar yang diduga menjadi tempat WKR melakukan aksinya terkunci. M kemudian meminta tolong tetangganya untuk mendobrak kamar WKR, setelah terbuka WKR didapati dalam posisi tergantung di kuda-kuda kamarnya menggunakan tali yang mengikat dileher WKR..

Gantung diri kedua dilakukan oleh M warga Dusun Seropan, jasad M ditemukan tergantung dibelakang rumahnya oleh tetangga sekitar pukul 04.30. Tetangganya mengatakan, M tergantung dipohon mlinjo belakang rumahnya. Tidak ada tanda-tanda penganiyaan dalam tubuh M sehingga M dikatakan meninggal murni bunuh diri.

Kasus ini tidak mengenal usia, gender, maupun latar belakang sosial ekonomi. Contoh lain dari kalangan remaja yaitu Mahasiswa di salah satu kampus ternama di Indonesia, yang nekat mengakhiri hidupnya dengan cara melompat dari lantai 4 di sebuah Mall di Semarang. Mahasiswa tersebut berinisial NJW (20), warga Kelurahan Kalipancur, Ngaliyan Kota Semarang. Korban pertama kali ditemukan oleh seorang ibu-ibu dengan luka parah yang ada dikepala dan dengan posisi terkelungkup, kemudian saksi melaporkan kepada satpam yang sedang bertugas. Setelah diselidiki oleh pihak berwenang, diduga NJW melompat dari gedung parkir lantai 4. Didekat tembok yang diduga tempat NJW melompat ditemukan sebuah tas dengan isi kartu identitas dan sepucuk surat curhatan.

Kasus bunuh diri di Indonesia semakin marak terjadi. Pusat Informasi Kriminal Nasional (Pusiknas) Polri mendata bahwa peningkatan kasus bunuh diri pada tahun 2023 meningkat 971 kasus hingga bulan oktober. 

Angka ini mengalami peningkatan yang drastis dibandingkan tahun 2022 yang mencapai 900 kasus. Fenomena ini patut menjadi perhatian khusus oleh semua pihak, karena hal ini bukan hanya tragedi individu dan keluarga tapi juga merupakan masalah sosial yang kompleks.

Lalu mengapa kasus bunuh diri di Indonesia meningkat? Mestinya ada faktor-faktor yang menyebabkan hal mengerikan tersebut terjadi. Seperti contoh kasus yang pertama dan kedua, diduga faktor himpitan ekonomi. Ketika seseorang mengalami kesulitan keuangan yang parah, mereka mungkin merasa tidak melihat jalan keluar. Beban hutang, pengangguran, kemiskinan, dan ketidakpastian finansial dapat menyebabkan stres dan depresi yang berat, yang pada akhirnya dapat mendorong seseorang untuk bunuh diri.

Kedua, melihat dari contoh kasus mahasiswa diatas, faktor yang menjadi pemicu utama adalah tekanan mental yang dialaminya. Terbukti dari sepucuk surat yang ditinggalkan didekat TKP, berisikan tentang keputus asaan yang dialaminya, merasa tidak mampu menyelesaikan masalah dan merasa seperti terisolasi. Karena tidak dapat menemukan dukungan atau solusi untuk masalah mereka dapat merasa bahwa bunuh diri adalah satu-satunya cara untuk mengakhiri penderitaan mereka.

Terakhir adalah faktor yang menjadi penyebab pemicu bunuh diri adalah tekanan hidup seperti beban akademis, masalah keuangan, hubungan yang tidak harmonis, dan trauma masa lalu. Selain itu, paparan konten bunuh diri di media sosial konten yang memicu atau glorifikasi bunuh diri dapat berdampak negatif pada individu yang rentan.

Penting untuk diingat bahwa bunuh diri tidak hanya disebabkan oleh satu faktor tetapi melibatkan kombinasi dari beberapa faktor. Setiap orang berbeda, dan risiko bunuh diri dapat bervariasi dari satu individu ke individu lainnya. Mempelajari tanda-tanda dan memberikan dukungan emosional serta bantuan profesional dapat membantu mengurangi risiko bunuh diri.
Seseorang yang akan melakukan bunuh diri biasanya ditandai dengan yang pertama perubahan drastis terhadap perilaku. Seperti, yang biasanya terlihat ceria dan menyenangkan seseorang tersebut terlihat menjadi lebih muram, sedih, dan menarik diri dari teman atau keluarga.

Kedua, mengeskpresikan keinginannya untuk mati secara terang-terangan kepada orang-orang disekitarnya. Mengungkapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan bunuh diri, dan mempunyai pemikiran yang berulang tentang kematian dan bunuh diri.
Dan yang terakhir, memberikan barang-barang berharga kepada orang-orang terdekatnya untuk disimpan dan dijaga. Ini bisa jadi menunjukkan bahwa seseorang memiliki kode untuk persiapan melakukan bunuh diri. Dan masih banyak tanda-tanda lain seseorang saat akan melakukan bunuh diri.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline