Lihat ke Halaman Asli

INTAN DWI RAHMAWATI

Universitas Negeri Jakarta

Kebudayaan Sebagai Penguat Moderasi Beragama: Strategi Walisongo Menyebarkan Islam di Tanah Nusantara

Diperbarui: 3 April 2024   03:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Masyarakat Plural 

Masyarakat sulit menerima hal baru yang kehadirannya tidak disesuaikan dengan pendekatan kulturalistik lokal. Pluralitas masyarakat seringkali menimbulkan konflik dan mengganggu harmoni sosial. Pluralitas tersebut mencakup banyak aspek, mulai dari budaya, agama, bahasa, dan suku serta ras. Maka tentu tantangan untuk menjaga integrasi pun menjadi penting untuk disosialisasikan. Meskipun teori konflik yang dikemukakan oleh Karl Marx mengatakan bahwa masyarakat tidak bisa lepas dari konflik, tetap saja perlu ada pendekatan untuk meminimalisir frekuensi konflik itu terjadi.

Indonesia adalah negara dengan banyak sekali keberagaman. Semua keberagaman ini muncul setelah melalui sejarah yang panjang. Salah satunya adalah sejarah keberadaan agama di Indonesia. Pernahkan terpikirkan di benak kalian, mengapa negara yang sangat jauh letaknya dari timur tengah ini bisa menjadi negara kedua dengan populasi muslim paling banyak di dunia setelah pakistan dengan total 238 juta muslim? Ada banyak strategi yang dilakukan para tokoh besar agama Islam dalam menyebarkan agama Islam di Indonesia. Tapi apakah semudah itu menyebarkan ajaran islam di negara ini? 

Menyebarkan ajaran agama baru di sebuah bangsa yang semula mayoritas beragama Hindu dan Budha tentu sangat sulit dilakukan. Lalu bagaimana bisa Islam menyeruak sebesar ini di Indonesia? Dalam hal ini, pendekatan moderasi adalah jawabanya. Indonesia yang sejak dahulu dikenal sangat kental akan kebudayaan lokalnya, tentu saja menolak terlebih dahulu masuknya ajaran agama Islam. Masyarakat saat itu lebih menyukai tradisi dan adat kemasyarakatan ketimbang agama. Maka satu-satunya cara agar agama Islam diterima di Indonesia adalah dengan mengadakan akulturasi. 

Akulturasi sendiri adalah upaya untuk menggabungkan dua kebudayaan, biasanya salah-satu kebudayaan tersebut merupakan kebudayaan lokal sedangkan kebudayaan lainnya adalah kebudayaan asing yang masih sulit diterima di lingkungan sosial. Akulturasi merupakan salah satu dari produk moderasi dalam hal beragama. Sedangkan moderasi beragama itu sendiri dapat dimaknai sebagai sebuah konsep pendekatan yang berfokus kepada pengurangan konflik, pengelolaan dan pengenalan nilai-nilai agama dengan tujuan mempromosikan kerukunan antar keyakinan agama di suatu negara. 

Moderasi beragama memiliki beberapa cakupan, diantaranya;

  • Penghormatan terhadap kebebasan beragama. 
  • Promosi antar agama dan kerjasama antar umat.
  • Pendekatan yang lebih inklusif, seperti pembuatan kebijakan yang condong kepada pembangunan sosial. 

Moderasi beragama bukan berarti menghapus keseluruhan perbedaan yang ada dan meleburkannya menjadi satu. Moderasi juga bukan dimaksudkan untuk menghilangkan identitas dalam suatu kelompok masyarakat. Sebaliknya, moderasi beragama hadir untuk bisa memberikan pengakuan dan penghargaan satu sama lain antar umat beragama di dalam suatu negara. 

Negara juga memiliki peran penting untuk mensosialisasikan hal ini, salah satunya adalah dengan membuat kebijakan yang dapat mempromosikan nilai-nilai keagamaan baik secara nasional maupun internasional. Selain intervensi dari pemerintah, masyarakat itu sendiri juga memiliki peran dalam menerima, mensosialisasikan, dan juga ikut membudayakan akulturasi antara kebudayaan lokal dan ajaran agama. Sehingga tercapailah tujuan awal dari 'Moderasi Beragama' tersebut.

Moderasi beragama di Indonesia juga dapat dicontohkan melalui sejarah, ketokohan dan strategi Walisongo dalam menyebarkan Islam di tanah nusantara. Seperti yang telah diketahui banyak orang, bahwasanya Walisongo memiliki strategi yang unik dalam menyebarkan ajaran agama Islam di Indonesia. Strategi yang mereka lakukan juga tidak sekedar memberikan dampak kepada meluasnya ajaran Islam, namun juga berkontribusi dalam pengembangan dan pembangunan sosial masyarakat Indonesia. Keterkaitan antara budaya, agama, dan teori pengembangan masyarakat berdasarkan perspektif sosiologi akan kami jelaskan secara lebih lanjut sebagai berikut. 

Konsep Budaya

Pertama-tama, kebudayaan secara etimologi berasal dari bahasa sansekerta. Dari akar kata tunggal 'Buddhi' dan jamaknya adalah 'buddhayah' yang dapat diartikan menjadi 'akal budi' atau 'pikiran'. Adapun istilah culture yang merupakan istilah bahasa asing sama artinya dengan kebudayaan berasal dari kata Latin yaitu, 'colere'. Artinya mengolah atau mengajarkan, khususnya mengajarkan cara mengolah tanah atau bertani. Dari asal arti tersebut, yaitu colere dan culture, diartikan sebagai segala daya dan kegiatan manusia untuk mengolah dan mengubah alam. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline