Pesantren secara etimologi, berasal dari kata "santri" yang mendapat awalan 'pe' dan akhiran 'an' yang berarti tempat tinggal santri . Pengertian Pesantren yang berbeda dapat ditemukan dalam Ensiklopedi Islam, bahwa pesantren berasal dari bahasa Tamil yang artinya guru mengaji atau bahasa India " Shastri"dan kata " Sastra" yang berarti buku-buku suci, buku-buku agama atau ilmu tentang pengetahuan. Pesantren digunakan di Jawa untuk menyebut sebuah lembaga pendidikan Islam, di luar Jawa seperti minangkabau pesantren biasanya disebut Surau dan disebut Dayah untuk daerah Aceh dan sekitarnya. Dari ungkapan diatas dapat diartikan Pesantren adalah sebuah tempat santri belajar ilmu-ilmu agama.
Pondok pesantren merupakan sebuah lembaga pendidikan yang bertujuan untuk membentuk karakter santri menjadi lebih mandiri dan berakhlak. Untuk mencapai cita-cita dan tujuan pendidikan Islam dikenal dengan istilah Ta'dib atau penanaman adab. Ini merupakan salah satu dari tujuan dari pendirian pondok pesantren.
Menurut fungsinya, Pesantren selain sebagai tempat pendidikan islam, juga sebagai penolong bagi masyarakat dan mendapat kepercayaan yang kuat di mata masyarakat. Jadi Pesantren disini adalah suatu lembaga pendidikan islam yang didirikan di tengah-tengah masyarakat, yang didalamnya terdiri dari pengasuh pesantren atau pendidik, santri pesantren , alat-alat pendidikan dan pengajaran serta tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran.
Selain sebagai tempat pendidikan Pesantren merupan Asrama dan tempat para santri belajar ilmu agama dan juga ilmu yang bersifat umum dan di didik bagaimana hidup mandiri . Hal ini merupakan faktor yang sangat penting sekali utamanya dalam menanggulangi dan mencegah kemerosotan akhlak remaja yang mana disebabkan oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin canggih.
Pesantren sebagai lembaga Pendidikan Islam mengalami perkembangan bentuk pendidikan sesuai dengan perkembangan zaman. Terutaman dampak adanya kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Tekmologi yang semakin canggih. Perubahan bentuk Pesantren dalam pembelajarannya bukan berarti sebagai Pesantren yang hilang kekhasannya. Tetapi tetap sebagai pesantren yang tumbuh dan berkembang di masyarakat dan untuk masyarakat.
Pendidikan karakter merupkan program yang dilakukan dalam intuisi pendidikan yang tujuannya untuk membangun kesadaran terhadap pentingnya memahami, peduli dan bertindak dengan mengedepankan nilai-nilai etika, moral dan aklhak
Dari sisi akademik, pendidikan karakter dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikankan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak, yang tujuannya mengembangkan kemampuan santri supaya bisa membedakan mana yang baik dan yang buruk, memelihara apa yang baik itu, dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati. Karena itu muatan pendidikan karakter secara psikologis mencakup dimensi moral reasoning, moral feeling, dan moral behavior (Lickona, 1991).
Pendidikan nilai/moral memang sangat diperlukan atas dasar argument : 1) adanya kebutuhan nyata dan mendesak 2) proses transmisi nilai sebagai proses peradaban; 3) peranan sekolah sebagai pendidik moral yang vital pada saat melemahnya pendidikan nilai dalam masyarakat 4) tetap adanya kode etik dalam masyarakat yang sarat konflik nilai; 5) kebutuhan demokrasi akan pendidikan moral; 6) kenyataan yang sesungguhnya bahwa tidak ada pendidikan yang bebas nilai; 7) persoalan moral sebagai salah satu persoalan dalam kehidupan, dan 8) adanya landasan yang kuat dan dukungan luas terhadap pendidikan moral di sekolah
. Proses demokasi yang semakin meluas dan tantangan globalisasi yang semakin kuat dan beragam di satu pihak dan dunia pendidikan di berbagai jalur, jenjang, dan jenis yang lebih
mementingkan penguasaan dimensi pengetahuan (knowledge) dan hampir mengabaikan pendidikan nilai/moral saat ini, merupakan alasan yang kuat bagi Indonesia untuk membangkitkan komitmen dan melakukan gerakan nasional pendidikan karakter.
Karakter atau Akhlak tidak diragukan lagi memiliki peran sangat besar dalam Kehidupan untuk Menghadapi fenomena krisis moral, tuduhan yang seringkali diarahkan kepada dunia pendidikan sebagai penyebabnya. Hal ini dikarenakan pendidikan berada pada barisan terdepan dalam menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas. Pembinaan karakter dimulai dari individu, karena pada hakikatnya karakter itu memang individual, meskipun ia dapat berlaku dalam konteks yang tidak individual. Karenanya pembinaan karakter dimulai dari gerakan individual, yang kemudian diproyeksikan menyebar ke individu- idividu lainnya, lalu setelah jumlah individu yang tercerahkan secara karakter atau akhlak menjadi banyak, maka dengan sendirinya akan mewarnai masyarakat. Pembinaan karakter selanjutnya dilakukan dalam lingkungan keluarga dan harus dilakukan sedini mungkin sehingga mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Melalui pembinaan karakter pada setiap individu dan keluarga akan tercipta peradaban masyarakat yang tentram dan sejahtera.