Lihat ke Halaman Asli

Mama

Diperbarui: 24 Juni 2015   23:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Telah habis kata kataku

Telah kutuangkan semua hiruk pikuk nafasku

Dalam doa yang berbaur air mata

Ya Allah Maha Pencipta Alam Semesta

Berikanlah pertolongan pada sang mama

Lepaskanlah mama dari tali yang meyesakkan dadanya

Biarkanlah kerikil yang menancap pada dasar kaki kasarnya

Lolos walau harus dengan darah

Biarkanlah mama memelukku

Agar aku bisa sepuas mungkin memeluknya

Dan,

Mencium keningnya yang bergaris renta

Mencium hidungnya yang selalu mencoba menghembus ringan

Mencium matanya yang selalu memberikan senyuman

Mencium bibirnya yang selalu berkata sabar

Tatkala aku marah akan hidupku

Mencium telinganya yang selalu mendengar curahan bibirku

Dan, mencium rambut putihnya yang selalu menutupi setiap kegundahan hidupnya

Biarkanlah mama memelukku

Agar aku bisa sepuas mungkin memeluknya

Serta, masuk dan menggenggam hatinya yang tak pernah kendur akan kuat

Menggenggam setengah rasa sakitnya teradap luka

Menggenggam keputusasaanya yang tatkala duduk dalam hatinya

Kemudian,

biarkanlah aku keluar sebentar dan membuang sampah itu dalam tenangnya udara pagi

dan izinkanlah aku masuk mama,

untuk menitipkan setetes embun yang kupetik dengan rasa sayangku

serta duduk sebentar untuk berbicara pada sang naluri

biarkanlah mama memelukku

agar aku bisa sepuas mungkin memeluknya

dan, memijat kedua kakinya

agar aku bisa menerawang urat urat kakinya

urat urat yang menonjol

urat yang menunjukan betapa berat mama berdiri hanya untuk kami…

anak anaknya………

*jangan pernah engkau pergi mama….

Walau hanya untuk melangkah diantara dinding dinding itu

Karena aku takut engkau takkan kembali hadir di mataku

Karena sedetik saja engkau terselip diantara dinding dinding itu

Rinduku akan langsung membuncah dan tangisku tak akan bisa berhenti

Kecualiengkau kembali hadir dimataku

Maka…jangan pergi untuk kami anak anakmu mama…

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline