Lihat ke Halaman Asli

Meningkatkan Ketahanan Tanaman Kedelai terhadap Penyakit Karat Daun melalui Penggunaan Varietas Unggul

Diperbarui: 15 Juni 2024   11:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

MENINGKATKAN KETAHANAN TANAMAN KEDELAI TERHADAP PENYAKIT KARAT DAUN MELALUI PENGGUNAAN VARIETAS TAHAN

 

Intan Nella Salsabila dan Sundahri

Program Studi Agronomi, Fakultas Pertanian, Universitas Jember Korespondensi : Sundahri.faperta@unej.ac.id

PENDAHULUAN

Kedelai termasuk kedalam jenis komoditas yang memiliki peranan penting karena merupakan salah satu tanaman pangan yang mengandung banyak kandungan gizi penting. Kacang kedelai tinggi akan kandungan protein yang sekitar 34,8 gram dalam 100 gram bijinya serta mengandung berbagai macam mineral dan lemak (Yuarningsih, 2017). Hal ini menjadikan permintaan akan kedelai terus meningkat seiring dengan kebutuhannya tersebut. Permintaan yang semakin meningkat juga harus diimbangi dengan produksi kedelai agar dapat memenuhi permintaan. Berdasarkan data Direktorat Jenderal Tanaman Pangan (2023), produksi kedelai di Indonesia pada tahun 2021 sebesar 212.863 ton biji kering (BK) mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya pada tahun 2020 sebesar 290.784 ton BK. Penurunan produksi kedelai tersebut dapat disebabkan oleh beberapa faktor salah satunya yaitu karena serangan penyakit karat daun.

Penyakit karat daun disebakan oleh cendawan Phakopsora pachyrizi yang merupakan salah satu jenis penyakit utama yang menyerang tanaman kedelai. Tanaman kedelai yang terserang penyakit karat daun dapat mengakibatkan penurunan hasil produksi sebesar 10-90% (Sjamsijah dkk., 2022). Tanaman kedelai yang terserang penyakit karat daun akan memunculkan gejala bercak klorotik kecil tidak beraturan pada permukaan daun yang kemudian akan berubah warna menjadi coklat atau coklat tua. Permasalahan penyakit tersebut harus dikendalikan agar tanaman kedelai dapat menghasilkan produksi yang optimal. Pengendalian yang dapat dilakukan yakni dengan penggunaan varietas tahan terhadap serangan penyakit karat daun. Penggunaan varietas tahan dilakukan untuk mengurangi penggunaan bahan kimia serta untuk menghindari kehilangan hasil produksi akibat serangan penyakit karat daun dengan menekan kerusakan tanaman yang ditimbulkan.

ISI

Penyakit karat daun merupakan penyakit penting yang sering dijumpai dalam budidaya tanaman kedelai dan disebabkan oleh cendawan Phakopsora pachyrizi. Menurut Sumartini (2010), cendawan ini memiliki dua jenis tipe spora yakni uredospora (tipe spora yang ditemukan dari musim ke musim dan mudah terbawa angin maupun percikan air hujan) dan teliospora (tipe spora yang ditemukan pada tanaman yang terinfeksi di akhir musim tanam atau di rumah kaca). Perkembangan penyakit karat daun sangat dipengaruhi oleh suhu, kelembapan, cahaya, angin dan percikan air hujan. Suhu udara siang yang berkisar antara 22- 29oC dengan kelembapan 70-90% disertai dengan hujan pada sore hari akan menjadi kondisi optimum yang dapat mempengaruhi perkembangan penyakit karat daun sehingga penyakit ini akan berkembang dengan sangat cepat dalam kurun waktu sekitar 2-3 hari (Uge dkk., 2023). Umumnya gejala karat daun muncul pada permukaan bawah daun disertai dengan bercak klorotik kecil tidak beraturan kemudian berubah warna menjad coklat maupun coklat tua dan membentuk pustul (Sumartini dkk., 2020). Akibatnya daun tanaman kedelai akan menjadi rontok sebelum waktunya dan berdampak penurunan hasil kedelai mencapai 90% serta kualitas biji akan menurun karena terjadi kerusakan biji kedelai tersebut. Namun, besarnya jumlah kehilangan hasil tersebut dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor salah satunya yakni ketahanan varietas yang digunakan.

Penggunaan varietas tahan pada tanaman kedelai menjadi salah satu upaya dalam meningkatkan ketahanan terhadap penyakit daun. Berdasarkan hasil penelitian Maman dkk (2014), varietas Slamet dan Bromo merupakan varietas kedelai yang tahan terhadap penyakit karat daun. Hal ini ditunjukkan melalui varietas Slamet yang memiliki intensitas penyakit (IP) terendah yakni sebesar 18,33% dan diikuti varietas Bromo sebesar 24,63%, sejalan dengan hasil tersebut varietas Slamet memiliki rerata tertinggi untuk berat 100 butir biji. Varietas kedelai dengan nilai intensitas penyakit yang semakin rendah maka jumlah biji bernas per tanaman, berat basah tanaman, berat kering tanaman dan berat 100 butir biji akan semakin tinggi. Hasil penelitian Uge dkk (2023), juga menunjukkan bahwa varietas Kawi, Mutiara 3, Wilis, Gepak Kuning, Dena 2, Menyapa, Detam 2, Merbabu, Argopuro, Slamet dan Pangorango merupakan jenis varietas kedelai yang memiliki ketahanan terhadap penyakit karat daun. Ketahanan tersebut dapat diperoleh melalui metode skoring menggunakan International Working Group on Soybean Rust Rating System (IWGSR) dengan mengelompokkan varietas kedelai yang terserang sesuai dengan penilaian skor yang telah ditetapkan. Hal yang harus diperhatikan yaitu kondisi lingkungan seperti suhu, kelembapan, kecepatan angin dan curah hujan akan mempengaruhi spora cendawan karat daun untuk tumbuh sehingga hal ini juga akan mempengaruhi karakter tahan pada setiap varietas kedelai.

KESIMPULAN

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline