Lihat ke Halaman Asli

Mentari untuk Pagi (part 1)

Diperbarui: 26 Juni 2015   01:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Hujan turun dengan derasnya saat Renata terbangun dari mimpinya yang aneh. Renata mengingat mimpinya lagi, mimpi yang selalu hadir belakangan ini, dia terjatuh kedalam sebuah lubang gelap besar yang semuanya hitam, hitam sampai ia tak mampu melihat apapun disana, tapi ia tetap melangkah dalam kegelapan sampai ia melihat sebuah sinar yang menyilaukan matanya dan ia tiba-tiba berada dalam sebuah taman aneh tanpa warna, seperti sebuah taman yang berada dalam bingkai foto hitam putih, di timur ia melihat mentari masih malu-malu menampakkan sinarnya, di ufuk timur itu dia melihat seorang gadis berambut sebahu mengenakan gaun berwarna merah marun ditengah taman hitam putih itu, dan saat gadis itu menengok ke arah Renata, mentari pagi keluar dari peraduannya, dan ia hilang disana sebelum Renata sempat melihat wajah gadis itu.

Renata masih duduk termenung di tempat tidurnya, ia bingung sendiri memikirkan mimpinya itu, yang entah berarti apa. Hujan turun dengan deras saat ia terbangun tadi, dan diluar masih gelap belum ada tanda-tanda kemunculan mentari pagi diluar sana. Ia melihat jam beker disampingnya, pukul 04.00 WIB, masih terlalu pagi untuk bangun dan bersiap ke sekolah. Tapi ia beranjak juga dari kasurnya yang cukup hangat, namun ia tak tergoda untuk berlabuh ke pulau mimipi lagi, ia terlalu pusing jika harus bermimpi itu lagi.

***

Renata baru tiba di gerbang SMA MENTARI, 5 menit setelah bel berbunyi. Dia tadi ketiduran di meja makan usai menengguk secangkir kopi, aneh-aneh aja ini anak masa abis minum kopi kok malah ketiduran. Untung gerbang belum ditutup seluruhnya, masih ada sedikit celah saat pak Satrio satpam sekolah akan menutup gerbang itu, Renata langsung berlari menerobosnya dengan senyum usil yang ditujukan pada pak Satrio.

Jam pertama Pelajaran fisika, Renata melangkah tenang, males juga ngikut pelajaran hari ini, akhirnya ia memutuskan untuk nggak ikut pelajaran, Ia melangkahkan kakinya ke tangga bangunan utara tempat kelas sepuluh berada yang otomatis berlawanan sama ruang kelas 12 yang berada di bangunan selatan, ia menaiki tangga sampai lantai tiga, disana ada sebuah taman, bukan taman yang kaya' taman pada umumnya. Inget taman di film high school musical, taman ini persis kaya' taman itu. Dan Ini taman juga buat kepentingan sekolah, yaitu buat pelajaran juga. Ini bisa juga dibilang tempat cabut paling aman buat Renata. Saat itu ternyata ada anak yang lagi praktikum, melihat itu Renata langsung ngumpet dibalik pot gede takut ketauan bu Rika guru bio kelas 10, Cuma ada 15 anak disana mungkin ini Cuma persiapan buat lomba bio minggu depan, pandangan renata tertuju pada seorang cewek yang serba merah, rambutnya sebahu yang dikuncir nyamping, manis banget, dan dia pake jam tangan, gelang, kacamata, iket rambut, dan kaos kaki berwarna merah ngebuat dia paling mencolok diantara temen"nya. Dan cewek itu mengingatkannya pada cewek bergaun merah marun di mimpinya.



" Re,, dari mana aja lo." Tanya Dika saat Renata baru memasuki ruang kelas pada saat istirahat pertama.

" Biasa..." jawab Renata datar, seraya duduk disamping Dika.

" Tadi lo dicariin bu Ling tu, kaya' nya lo bakal dapat tugas fisika buanyaaak banget deh gara-gara lo cabut mulu pas pelajaran Fisika........,,,." Kata Dika panjang lebar yang sama sekali nggak di dengerin ama Renata yang lagi asyik sama pikirannya sendiri.

" Eh, Dik, lo tau anak kelas sepuluh yang sering pake assesoris merah nggak?" Dika yang lagi serius nyeritain pelajaran Fisika tadi pagi langsung melongo tanda bingung yang sebingung-bingungnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline