Lihat ke Halaman Asli

Cinta 2010

Diperbarui: 26 Juni 2015   01:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Semoga dirimu disana,

Kan baik-baik saja,

Untuk selamanya, Disini aku kan selalu,

Rindukan dirimu wahai sahabatku,,,,,,,’

Dentingan suara gitar tak lagi terdengar, dan alunan suara lembut Vano pun terhenti. Pandangan matanya terlepas dari gitar di tangannya, matanya menerawang jauh menatap langit yang berhiaskan bintang-bintang di atas sana, sungguh pemandangan yang indah. Namun itu mengingatkannya pada Cira sahabatnya.

Kini pandangannya beralih pada gelang rantai perak yang melingkar di tangan kanannya. Dan itu semakin membuatnya tenggelam dalam kenangan-kenangan indah bersama Cira, sahabat kecilnya. Cira yang kini telah berubah menjadi sosok yang bertahta di hatinya, sosok yang selalu hadir dalam mimpi dan juga pikirannya. Namun, sayang dia baru menyadari perasaannya itu saat Cira telah beranjak dari sisinya. Dalam sunyi malam itu, kenangan-kenangan indahnya bersama Cira berkelebat cepat di memorinya, seakan begitu nyata di hadapannya.

“ Doooooorrrrrr!!!!!” teriak gadis manis berseragam putih biru yang mencoba mengagetkan Vano yang terduduk diam menatap matahari senja.

“ Apa sih Ra… lagi nggak mood bercanda ni.” Kata Vano sewot.

“ Iiiiihhhh… sewot dianya, galak banget sih lo Van, udah kaya Nenek gue aja, hahaha…hmmppphhhh.!!!!” Tawa Cira terhenti karena Vano membungkam mulutnya, Cira yang nggak terima digituin sama Vano langsung menggigit tangan Vano.

“ Awwww!!!!!” teriak Vano sambil menarik tangannya. “ Sakit tau Ra.”

“Biarin, salah lo sendiri, Weeeekksss!!!” balas Cira seraya berlari menjauhi Vano untuk menghindari jitakannya.

Dan benar saja Vano beranjak dan langsung mengejar Cira. Akhirnya, mereka jadi kejar-kejaran nggak jelas di atap sebuah gedung setengah jadi yang tidak jauh dari rumah mereka itu. Di gedung inilah mereka sering kumpul bareng, maen, nyanyi, de el el. Pokoknya tempat itu udah jadi rumah kedua mereka alias basecamp.

“ Vano….!”

“ Hemmmm… apa Ra?” Tanya Vano.

“ Cira boleh nanya nggak?” kata Cira serius.

“ Nanya apa sih…. Cifara Putri Ramadani?” balas Vano dengan tampang di imut-imutin.

“ emmmm, gini ya Stevano Aditya Ramadhan, kalo misalnya gue pergi gimana?”

“ Pergi gimana?? Maksud lo pulang gitu Ra??” Tanya Vano bingung.

“ Yaaa nggak lah.”

“ Terus???” Tanya Vano lagi.

“ Apanya yang terus, udah ahh nggak jadi,pulang sekarang yuk.” Kata Cira mengalihkan pembicaraan. “ Udah sore ni, ntar lo dimarahin your Mom lagi, Vano kan anak Mama..hahahaha.” tambah Cira.

“ Issshh, dasar Ciraaaaaaaa… Cicak Rakus, tungguin…, awas kalo kena, gue pites-pites deh lo ntar.” Balas Vano geregetan.

“ Coba aja Tangkep, Vanooo jelex, Weeekkss!!!!” ucap Cira sambil berlari menuruni tangga bangunan tua itu.

***

Malam ini malam yang indah, bintang berkelip riang dan bulan pun bersinar terang. Dengan membawa gitar kesayangannya, Vano menuju rumah Cira.

“ Assalamualaikum….. Ciraaaa, Ciraaaa!!!” teriak Vano di depan pintu rumah Cira.

‘Jegrek’ pintu dibuka. “ Eh tante Ira, Ciranya ada tante?.” Tanya Vano.

“ Loh, Cira ke gedung sebelah tu Van, kirain sama kamu.” Kata tante Ira, Mamanya Cira.

“ Oohh yaudah Tante, Vano kesana dulu Yaaa!!”

***

Cira duduk terdiam menatap bintang-bintang yang bersinar terang. Dia memandang bintang ViCi, bintangnya bersama Vano, bintang yang paling terang diantara jutaan bintang diatas sana. Tanpa terasa di tengah keheningan itu, air mata Cira menetes lembut di pipinya, entah ada apa dengan Cira.

“ Ciraaaaa…. Ciraaaaa.” Teriak Vano dari arah tangga.

Cira segera menghapus air matanya, saat Vano tiba disana, Ia tidak ingin Vano mengetahui kesedihannya.

“ Oiiii Ra, Lo kok ninggalin gue sih, gue tadi ke rumah lo tau nggak, eh malah Lo-nya udah kesini duluan, Dasar Ci…….” Omongan Vano terpotong.

“ Eheeemmm.. mau ngomong sampe kapan sih Van, cerewet banget deh jadi orang,, emmm Van, nyanyi aja yok.!!!” Ajak Cira.

“Lagu apaan? Yang biasa aja yaa. “ Dan Cira hanya mengangguk, menyetujuinya.

Denting suara gitar mulai mengalun saat jari-jari Vano menari di atas senar-senar gitarnya. Keindahan suara mereka mengalun merdu di malam itu, dan tanpa Vano tahu itu adalah malam terakhirnya bersama Cira.

***

Kriiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiinggggg.. bel pulang sekolah telah berbunyi. Vano keluar dari kelasnya 7D, dan segera mengambil sepeda pancalnya di parkiran. Setelah itu, Vano langsung menunggu Cira di depan gerbang sekolah, namun setelah 30 menit menanti, Cira tak kunjung datang, Vano mencoba mencari ke kelasnya 7A, tapi kata Zeva teman sekelas Cira, Cira udah pulang dari tadi.

Vanomengayuh sepedanya tanpa semangat. Dia bingung dengan sikap Cira hari ini. Saat sampai di depan rumah Cira, Vano bertambah bingung. Disana dia melihat 2 buah truk sedang mengangkat barang-barang dari rumah Cira. Vano yang bingung dan tak tau apa-apa langsung saja masuk ke rumah Cira, tapi rumah itu sudah kosong. Kemudian seorang laki-laki paruh baya mendekatinya, memberikannya sepucuk surat dan sebuah gelang rantai perak untuknya.

Dear Vano jeyex :-p

Mungkin saat kmu baca surat ini, aku uda g ada disampingmu. Maafin aku ya Van, aq g cerita ke kamu sebelumnya kalo aku mau pindah, bukannya aku g mau, tapi aku g bisa ngeliat kamu sedih, karena itu bakalan buat aku jadi makin berat buat ninggalin kmu.

Van, ni ada gelang buat kamu, kamu tau kan kalo itu gelang keberuntunganku. Tolong pake trus y. Emmm, kalung mu aku bawa Van, kemarin aku nemuin itu di kamarku, kamu mungkin kelupaan g bawa itu pulang.

Udah ya Van, I will miss u so much.

With love

Cira

Sejak saat itu Cira pergi meninggalkan Vano, dan sampai saat ini Vano tak pernah mendengar kabar apapun dari Cira. Tak ada sepucuk suratpun yang datang, dan telepon??? Vano tidak tahu berapa nomor telepon rumah Cira yang baru, sedangkan HP, saat berpisah Cira dan Vano sama-sama belum punya HP. Jadi sampai saat ini Vano hanya mampu memendam perasaannya pada Cira.

“Vanooo…Vanoo….!!! Adaa Rendi ni cepetan turun.” Teriak Mama Vano yang langsung menyadarkan lamunan Vano.

“Eeeeemmm,, iyaaa Ma bentar.” Jawab Vano.

Vano langsung meletakkan gitar kesayangannya dan bergegas ke bawah menemui Rendi.

“Hey Ren.” Sapa Vano sesampainya di ruang tamu.

“Hey broo,, kita berangkat sekarang aja yok!!”

“Hemmm… berangkat kemana emangnya??” Tanya Vano.

“ Ya Ampuun, ya latian lah, besok kita kan tampil diacara pensi, lo tu emang lupa apa pura-pura lupa sih.”

“ Hehe, sorri broo, gue bener-bener lupa, yaudah gue ganti dulu yaaa.”

***

Tanggal 20-10-2010, tepat 5 tahun Cira pergi membawa separuh jiwa Vano. Tanggal 20 Oktober yang merupakan hari ulang tahun Cira dan Vano, yang sekaligus hari ulang tahun sekolah Vano SMA STAR. Dan hari ini Vano akan tampil bersama bandnya di acara pensi sekolahnya malam ini.

Sebelum berangkat ke acara pensi itu, Vano menyempatkan diri ke gedung tua yang bisa disebut basecampnya bersama Cira. Pensi dimulai pukul 19.00 WIB, masih sekitar satu jam lagi. Vano kesana membawa tart kecil yang diatasnya terdapat lilin dengan angka 17. Gitar kesayangannyapuntak ketinggalan. Dia meletakkan kue itu, memetik senar gitarnya dan mulai menyanyikan lagu ulang tahun untuk dirinya sendiri dan Cira tentunya. Dulu setiap tanggal 20 Oktober, Vano dan Cira selalu merayakan ulang tahun mereka disini, di gedung tua ini. Tapi kini Vano hanya sendiri. Dan Sekarang tiba waktunya untuk meniup lilin, dan sebelumnya Vano berdoa di dalam hati untuknya dan Cira.

“ Ciraa,,” ucapnya lirih, sambil menatap bintang ViCi, berharap Cira juga memandangnya disana.

“ Ini kado ulang tahun buat kamu, sebuah lagu yang kuciptakan hanya untukmu.”

Dan Suara gitar mulai mengalun lembut mengiringi suara merdu Vano.

‘ Berjanjilah wahai sahabatku,

Bila kau tinggalkan aku tetaplah tersenyum..

…………………………………’

‘Plok, Plok, Plok!’ suara tepuk tangan seseorang membuat Vano tersentak kaget. Dia sendirian disana, dan teman-temannya pun tak tahu kalau Vano berada disana, dalam kebingungannya suara lembut seorang gadis manis bergaun ungu terang membuatnya bertambah kaget.

‘Happy Birthday Vano, Happy Birthday Vano,

Happy birthday, happy birthday, happy birthday Vano…’

“ Ciraaa..” teriak Vano saat mengetahui bahwa itu adalah Cira, dan reflex memeluk Cira erat-erat. Cira hanya tersenyum, daann,,,

“ Van,, udah dong gue nggak bisa nafas.” Kata Cira tiba-tiba.

“ Lo kemana aja sih Ra,, dasar Cira, Cicak Rakus,, gue kangen….!!” vano memeluk Cira lagi.

“ Vano jelek,, lepasiin ahh…” teriak Cira.

“ Iya.. iya.” Ucap Vano tersenyum.

“ Eeemm Van, tadi lagunya beneran buat gue ya??” Tanya Cira serius.

“Iyaa, gimana?”

“Thanks ya Van,” ucap Cira sambil memeluk Vano, yang kemudian dibalas oleh kehangatan tangan Vano.

“ Raa,..”

“ Hemmmm…”

“ Aku sayang sama kamu Ra, jangan tinggalin aku lagi ya .” Kata Vano saat Cira masih berada dalam pelukannya. Cira melepaskan pelukannya, memandang Vano, kemudian tersenyum manis dan mengangguk.

Tanggal 20-10 2010, Vano menemukan lagi sahabatnya, sahabat kecilnya, yang juga cinta pertamanya. Dia mendapatkan separuh jiwanya yang hilang tepat pada hari ulang tahunnya dan Cira. Dan Cinta mereka bersemi tepat pada tanggal 20-10-2010.

Setelah melepaskan kerinduan mereka. Cira dan Vano pergi ke pensi SMA STAR. Disana Vano perform bareng bandnya, dan di akhir penampilannya, Vano menyanyikan lagu ciptaannya yang dipersembahkan untuk Cira, dihadapan jutaan mata. Dan mereka semua yang ada disana adalah saksi berseminya CINTA 20102010. *iCa

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline