Lihat ke Halaman Asli

Sukses = Bermanfaat Bagi Orang Lain (Social Volunteer)

Diperbarui: 25 Juni 2015   22:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kemarin, sabtu 17 Desember, sebenarnya adalah hari istirahat, karena hari itu hari libur kuliah. Tapi, hari itu tak jadi holiday untukku, dan teman-teman anggota Sie DANUS atau dana usaha, sebuah sie yang paling rajin cari dana tentu saja. Pagi itu sebenarnya aku ingin ikut teman-teman berjualan, berjuang menjual jajanan di depan Widya Puraya, Undip, Tembalang, Semarang. Dan apa daya, ada sesuatu hal yang harus ku lakukan, salah satu jalan meraih impian, yaitu Diklat Social Volunteer PSIK FK UNDIP. Yaa, ini adalah jalan untuk mencapai impianku sejak SMA menjadi seorang relawan.

Acara dimulai pukul 8.00 WIB, tapi pukul 07.40 aku sudah di berada di kampus holistic (sebutan kampus PS. Ilmu keperawatan UNDIP)  tercinta. Pukul 08.00 acara dimulai, dua orang MC di depan sana mulai cuap cuap membuka acara diklat SV (social Volunteer) yang pertama kali ini. lega rasanya saat aku duduk disana menjadi salah satu peserta diklat, setelah berjuang melalui dua tahap, dan yang paling membuat jantung cenat cenut adalah saat tahap wawancara. Dan Alhamdulillah saya bisa menjadi salah satu dari 30 peserta yang lolos.

Materi pertama adalah sharing pengalaman senior di SV yang telah mengabdikan diri untuk menjadi relawan oleh mas Antok dan Mbak Dyah. Sungguh luar biasa, tak bisa ku bayangkan bagaimana rasanya bisa berbagi rasa dengan para korban, ikut menyatu bersama mereka, mencoba menjadi penguat dan ikut merasakan apa yang mereka semua rasakan. Saat Mbak Dyah memutarkan sebuah video yang berisi  foto-foto di Padang, hatiku trenyuh, tengorokanku sakit menahan air mata yang tak kubiarkan jatuh.

Materi-materi selanjutnya semakin membuatku merasa bersyukur berada diantara jajaran orang-orang luar biasa disini. Dan Materi yang paling menyenangkan adalah saat simulasi. Ada 3 terapi dalam trauma healing yang disimulasikan disini yaitu terapi kelompok, terapi individu dan juga terapi bermain. Semua peserta SV di bagi menjadi 3 kelompok yang masing-masing beranggotakan kurang lebih 10 orang, dan saya ada di kelompok terakhir. Simulasi pertama yang kelompok saya lakukan adalah terapi kelompok . terapi kelompok adalah sebuah terapi yang digunakan sebagai ajang sharing untuk para korban bencana baik dari kalangan remaja, ibu-ibu, dan juga para lansia. Dalam terapi ini kita hanya berperan sebagai fasilitator bukan konselor, jadi, dalam  terapi ini solusi permasalahan diberikan oleh diri mereka sendiri atau peserta lainnya. Terapi yang bisa digunakan dalam terapi kelompok ini misalnya adalah terapi music dan terapi tertawa.

Hmmm..alangkah bahagianya saat bisa menerapkan terapi itu untuk membantu orang lain. Terapi selanjutnya adalah terapi individu. Terapi ini lebih pada sharing eksklusif dimana cara ini dilakukan apabila koban menutup dirinya dan kurang ingin berbagi, apabila hal ini terjadi ada 3 pertanyaan yang bisa menjadi senjata untuk menghadapi merka yang pertama ‘apa yang anda rasakan saat ini?’ ‘apa yang anda harapkan?’ dan yang satu lagi saya lupa (maaf.. J). Terapi individu ini juga bisa dilakukan dengan metode SEFT taitu dengan metode ketukan di beberapa bagian tubuh.

Dan terakhir, terapi yang paling menyenangkan adalah terapi bermain tentu saja. Disini kita akan berinteraksi dengan anak-anak korban bencana. Saat melakukan terapi ini kita harus menyiapkan senjata lengkap mulai dari kertas gambar, pensil warna, mainan (ex: hp mainan), kertas lipat, permen, dan segala hal yang anak-anak sukai asal simple dan tidak rempong. Nah, dengan kertas gambar ini kita bisa dengan mudah mengeksplor perasaaan anak, misal; bencana pasti menimbulkan trauma dalam diri anak-anak ini maka biasanya anak-anak akan menggambarkan rumah, saat mereka ditanya kenapa menggambar rumah, dan jawabannya adalah itu adalah rumah mereka dulu sebelum ada bencana namun kini rumahnya telah hancur. Cara lainnya adalah kita bisa menggunakan metode story telling dengan media berupa kertas lipat, kita disini harus mampu menarik perhatian anak-anak ini agar larut  dan antusias dalam mendengarkan cerita. Lalu. Bagaimana apabila ada seorang anak yang tidak mau diajak bermain, dan lebih memilih diam walaupun sudah dibujuk sedemikian rupa hingga limit mendekati nol (halahh..apa coba..hehe).  ada sebuah cara ampuh yaitu dengan cara hipnoterapi, mau tau caranya????

Yang pertama cara ini membutuhkan modal yang mudah tapi susah yaitu niat yang sungguh-sungguh, kontak mata dan telapak tangan kita. Caranya.. pertama-tama tanamkan niat yang kuat, mantab,serta sungguh sungguh ucapkan dalam hati “ saya sayang adik itu, saya cinta, saya tulus berniat membantu adik, bantu saya ya Allah”, lalu hampiri anak itu sentuh pundaknya, tatap dia dengan tatapan yakin (tidak harus bertatapan mata), dan tanyakan apa yang dia rasakan, insyaallah kata mbak Indri (pembimbing di SV) cara ini ampuh. Tapi jangan sampai menyalahgunaknnya untuk hal-hal yang salah atau kata lain untuk kepentingan pribadi, kata Mbak Indri juga, haram hukumnya.

Pengalaman luar biasa yang bisa saya rasakan dalam diklat ini. ada satu kalimat yang masih saya ingat dari perkataan Ibu mei salah satu dosen di PSIK bahwa ‘apabila kita memiliki masalah, maka permasalahan ini akan selesai saat kita membantu orang lein untuk mneyelesaikan masalahnya” dan ada satu kalimat lagi bahwa” sebenar-benarnya pribadi yang sukses adalah pribadi yang bermanfaat bagi orang lain”.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline