Lihat ke Halaman Asli

Intan Maulida F

Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Islam UIN Raden Mas Said Surakarta

Membangun Nilai-Nilai Moderasi Beragama dengan Menjalin Ukhuwah agar Bermasyarakat menjadi Indah

Diperbarui: 22 Juli 2024   15:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pengajian Ahad, 21 Juli 2024 yang diselenggarakan oleh Kelompok KKN 59 UIN Raden Mas Said Surakarta 2024

Mengangkat Tema Menjalin Ukhuwah, Agar Bermasyarakat Menjadi Lebih Indah

Di dalam pertumbuhan era globalisasi yang semakin pesat dan kompleks, keberagaman menjadi sebuah keniscayaan. Di Negara Indonesia sendiri merupakan negara yang memiliki keanekaragaman budaya dan agama yang begitu melimpah, moderasi beragama menjadi kunci penting untuk menjaga keharmonisan dan persatuan antar sesama. Ukhuwah islamiyah atau persaudaraan sesama muslim telah menjadi landasan kuat untuk mewujudkan moderasi beragama dan menciptakan masyarakat yang indah. 

Ukhuwah Islamiyah dapat mengajarkan kita untuk saling menghormati, menghargai perbedaan, dan bekerjasama untuk berbuat kebaikan bersama. Dalam konteks keberagaman agama, ukhuwah islamiyah dapat mendorong kita untuk menjalin hubungan yang baik dengan pemeluk agama lain. Kita telah diajarkan untuk tidak memandang rendah agama lain, tetapi justru melihatnya sebagai saudara seiman dalam kemanusiaan. Dengan menguatkan ukhuwah islamiyah, kita dapat membangun masyarakat yang inklusif, dimana setiap individu merasa dihargai dan memiliki hak yang sama. Adapun nilai-nilai penting dalam moderasi beragama yaitu toleransi, adil, dan keseimbangan. Rasa toleransi atau saling pengertian menjadi salah satu nilai-nilai yang dijunjung tinggi. 

Ustadz Badarudin di dalam kajiannya yang telah dilaksanakan pada Ahad, 21 Juli 2024 di Masjid Syakir Balong yang diadakan oleh Kelompok KKN 59 UIN Raden Mas Said Surakarta, beliau menyampaikan bahwa agama islam merupakan agama yang toleran, tidak liberal, dan moderat. Islam tidak membanding-bandingkan dari berbagai kalangan umat. Bagaimana telah diriwayatkan dalam Q.S Al-Fath ayat 29 yang artinya Nabi Muhammad adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengannya bersikap keras terhadap orang-orang kafir (yang bersikap memusuhi), tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu melihat mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan keridaan-Nya. Pada wajah mereka tampak tanda-tanda bekas sujud (bercahaya). Itu adalah sifat-sifat mereka (yang diungkapkan) dalam Taurat dan Injil, yaitu seperti benih yang mengeluarkan tunasnya, kemudian tunas itu makin kuat, lalu menjadi besar dan tumbuh di atas batangnya. Tanaman itu menyenangkan hati orang yang menanamnya. (Keadaan mereka diumpamakan seperti itu) karena Allah hendak membuat marah orang-orang kafir. Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan di antara mereka ampunan dan pahala yang besar.

Dari ayat tersebut menjelaskan bahwa kita sebagai umat muslim wajib bersikap keras kepada orang kafir dan bersikap lemah lembut kepada sesama muslim. Islam mengajarkan kepada umatnya untuk senantiasa menjunjung tinggi nilai toleransi, membebaskan umatnya untuk dapat bersosialisasi dengan sesama baik dengan yang berbeda agama akan tetapi jika sudah beribadah dan menyangkut agama harus keras sesuai dengan iman yang kita percayai. Beliau juga menyampaikan bahwa kita sebagai umat islam harus menjadi umat wasathon, dimana seseorang dapat membedakan dan memprioritaskan antara yang wajib dengan sunnah, sunnah dengan mubah, dan mubah dengan makruh. 

Dengan demikian, ukhuwah islamiyah tidak hanya dapat mempererat tali persaudaraan sesama muslim, tetapi juga menjadi perekat bagi seluruh komponen di dalam bangsa. 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline