Lihat ke Halaman Asli

Profesionalisme Guru: Tantangan dan Harapan dalam Pendidikan Masa kini

Diperbarui: 19 November 2024   14:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Metropolitan.id 

Oleh : Intan Heldayani, Hanum Fadilla Utami, Syehana widi, Lukmanul Hakim, M. Pd, Annisa Noviantika Taufik, M. Pd

Guru memiliki peran sentral dalam meningkatkan kualitas pendidikan dan membentuk karakter peserta didik. Profesionalisme guru tidak hanya mencakup penguasaan materi ajar dan keterampilan pedagogis, tetapi juga mencakup etika, komitmen, dan kemampuan beradaptasi  terhadap perubahan. Di era pendidikan modern, guru dihadapkan dengan tantangan yang semakin kompleks, seperti perkembangan teknologi digital, perubahan kurikulum, dan keragaman kebutuhan siswa. Kondisi ini menuntut guru untuk terus mengembangkan diri agar tetap relevan dan mampu memberikan pembelajaran yang efektif dan bermakna. Upaya pemerintah untuk menjadikan profesi guru sebagai jabatan profesional telah dilaksanakan melalui berbagai program yang didukung oleh dasar hukum yang kuat. Hal ini ditegaskan dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dengan mengacu pada undang-undang tersebut, diharapkan profesionalisme dalam jabatan guru dapat tercapai, yang pada akhirnya akan meningkatkan kualitas profesionalisme guru secara bertahap sebagai dasar dalam upaya peningkatan mutu pendidikan nasional secara keseluruhan. Selain itu, Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen juga menyatakan bahwa dalam menjalankan tugas profesionalnya, guru memiliki beberapa kewajiban, yaitu: (1) merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang berkualitas, serta melakukan penilaian dan evaluasi terhadap hasil pembelajaran; (2) meningkatkan serta mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkesinambungan sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni; (3) bersikap objektif dan tidak diskriminatif dalam pembelajaran, tanpa membedakan jenis kelamin, agama, suku, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, atau status sosial ekonomi siswa; (4) menghormati peraturan perundang-undangan, hukum, kode etik guru, serta nilai agama dan etika; dan (5) menjaga dan memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa (Prayitno, 2011). 

Guru yang profesional diharapkan memiliki kualifikasi pendidikan dan keahlian yang sesuai dengan mata pelajaran yang diampunya. Tugas seorang guru tidak sekadar menyampaikan materi atau memberikan pengetahuan, tetapi juga memastikan bahwa pengetahuan tersebut dapat dipahami dan dikuasai oleh peserta didik sehingga mereka memperoleh wawasan baru. Selain itu, guru juga memiliki kewajiban untuk membimbing dan membentuk kepribadian peserta didik melalui arahan dan keteladanan. Diharapkan bahwa kehadiran guru yang profesional dapat menghasilkan sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas, baik dari segi karakter maupun pengetahuan (Muzakki, 2022).

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi berbagai tantangan yang dihadapi oleh guru serta harapan mereka dalam meningkatkan profesionalisme. Melalui metode survei, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan yang berguna bagi para pembuat kebijakan dalam merumuskan strategi untuk meningkatkan profesionalisme guru, guna mencapai pendidikan yang berkualitas dan adaptif di Indonesia. Dalam konteks pendidikan yang terus berubah, profesionalisme guru menjadi aspek yang sangat krusial. Guru bukan hanya berfungsi sebagai pengajar, tetapi juga sebagai pemandu, motivator, dan fasilitator pembelajaran bagi siswa. Oleh karena itu, pemahaman tentang profesionalisme guru dan tantangan yang dihadapi dalam penerapannya menjadi sangat penting untuk dibahas.

Tantangan Profesionalisme Guru

Salah satu tantangan utama yang dihadapi oleh guru adalah tekanan dari berbagai pihak, termasuk orang tua, siswa, dan pemerintah. Banyak guru merasa terbebani oleh tuntutan untuk memenuhi standar akademik yang tinggi, sementara sumber daya yang tersedia seringkali tidak memadai. Misalnya, kurangnya pelatihan yang relevan, fasilitas yang terbatas, dan beban kerja yang berlebihan dapat menghambat kemampuan mereka untuk menjalankan tugas secara profesional.

Selain itu, perubahan kurikulum yang cepat dan sering juga menjadi tantangan tersendiri. Guru harus terus menerus beradaptasi dengan kebijakan baru, teknologi pembelajaran, dan metode pengajaran yang inovatif. Hal ini menuntut guru untuk memiliki sikap belajar yang proaktif dan keterampilan yang fleksibel. Sayangnya, tidak semua guru memiliki akses yang sama terhadap pelatihan dan pengembangan profesional, yang dapat memperlebar kesenjangan dalam kualitas pengajaran.  Tantangan lain yang signifikan adalah masalah mental dan emosional. Banyak guru yang mengalami stres dan burnout akibat tekanan kerja yang tinggi dan kurangnya dukungan. Kondisi ini dapat berdampak pada kinerja mereka di kelas, yang pada akhirnya akan mempengaruhi kualitas pendidikan yang diberikan kepada siswa.

Salah satu tantangan utama yang dihadapi oleh guru adalah tekanan dari berbagai pihak, termasuk orang tua, siswa, dan pemerintah. Banyak guru merasa terbebani oleh tuntutan untuk memenuhi standar akademik yang tinggi, sementara sumber daya yang tersedia seringkali tidak memadai. Misalnya, kurangnya pelatihan yang relevan, fasilitas yang terbatas, dan beban kerja yang berlebihan dapat menghambat kemampuan mereka untuk menjalankan tugas secara profesional. Seperti yang dinyatakan oleh Arifin (2021), "Beban kerja yang tinggi dapat menyebabkan penurunan kualitas pengajaran dan menghambat pengembangan profesional guru" . Selain itu, perubahan kurikulum yang cepat dan sering juga menjadi tantangan tersendiri. Guru harus terus menerus beradaptasi dengan kebijakan baru, teknologi pembelajaran, dan metode pengajaran yang inovatif. Hal ini menuntut guru untuk memiliki sikap belajar yang proaktif dan keterampilan yang fleksibel. Sayangnya, tidak semua guru memiliki akses yang sama terhadap pelatihan dan pengembangan profesional, yang dapat memperlebar kesenjangan dalam kualitas pengajaran. Sejalan dengan itu, Susanto (2022) mengungkapkan bahwa "Kurangnya akses pelatihan berdampak pada ketidakmampuan guru untuk mengimplementasikan metode pengajaran yang efektif".


Dalam menghadapi berbagai tantangan ini, penting bagi guru untuk membangun jaringan dukungan profesional, baik di dalam maupun di luar sekolah. Melalui kolaborasi dengan rekan kerja dan partisipasi dalam komunitas pembelajaran, guru dapat saling berbagi pengalaman dan strategi pengajaran yang efektif. Hal ini juga dapat membantu guru untuk merasa lebih terhubung dan terdukung dalam profesi mereka.Untuk meningkatkan profesionalisme guru, diperlukan upaya dari semua pihak, termasuk lembaga pendidikan, pemerintah, dan masyarakat. Hanya dengan dukungan yang tepat, guru dapat menjalankan tugas mereka dengan baik dan memberikan pendidikan yang berkualitas kepada siswa. Dengan menciptakan lingkungan kerja yang positif dan mendukung, diharapkan para guru dapat berkontribusi secara maksimal dalam mencerdaskan generasi bangsa.

Seorang guru profesional harus menyadari bahwa tugas dan tanggung jawabnya adalah tanggung jawab pribadi yang tidak dapat dijalankan oleh orang lain serta merupakan panggilan moral yang harus dilaksanakan dengan profesional. Namun, kenyataannya, banyak guru belum sepenuhnya menjalankan profesinya secara profesional, dengan adanya pelanggaran terhadap kode etik, baik dalam perencanaan, pelaksanaan, maupun monitoring dan evaluasi; termasuk dalam proses sertifikasi guru yang berlangsung saat ini (Mulyasa, 2015: 9). Mulyasa juga menyatakan bahwa masih ada guru yang kurang mencintai, menghargai, menjaga, dan mengembangkan tugas serta tanggung jawab profesinya, bahkan sebagian tidak memiliki latar belakang pendidikan yang sesuai. Lebih dari itu, sejumlah guru memandang profesinya sebagai batu loncatan menuju status pegawai negeri, sehingga kurang menjadikannya sebagai panggilan moral yang dijalankan dengan penuh tanggung jawab dan profesionalisme.

Profesionalisme menjadi kualitas penting yang semakin diperhatikan dalam dunia pendidikan saat ini. Dalam konteks ini, profesionalisme diartikan sebagai kemampuan untuk bekerja secara optimal dengan dasar pengetahuan dan keterampilan yang sesuai dengan bidang keahlian masing-masing (Borko, 2019). Di sisi lain, guru profesional harus menyadari bahwa tugas dan tanggung jawab mereka tidak bisa diambil alih oleh orang lain dan merupakan panggilan moral yang harus dijalankan dengan sepenuh hati. Namun, praktik menunjukkan bahwa masih banyak pelanggaran terhadap kode etik profesi guru dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi, termasuk dalam sertifikasi guru yang tengah dilakukan saat ini (Berkovich & Eyal, 2019).

Banyak guru belum sepenuhnya mencintai dan menghargai profesi mereka, bahkan masih ada yang tidak memiliki latar belakang pendidikan yang memadai. Beberapa di antaranya memandang profesi ini hanya sebagai batu loncatan menuju karier di sektor publik, sehingga tidak menjalankan tanggung jawabnya secara bertanggung jawab dan profesional (Kunter et al., 2020). Di era digital ini, profesionalisme guru menuntut lebih dari sekadar penguasaan materi ajar. Guru harus memiliki pemahaman mendalam tentang pedagogi, mampu beradaptasi dengan perkembangan teknologi, dan berkomitmen untuk terus belajar. Dengan perubahan cepat dalam teknologi dan kurikulum, guru diharapkan dapat mengikuti pelatihan dan seminar serta berkolaborasi dengan rekan-rekan mereka untuk berbagi pengalaman dan strategi pengajaran yang efektif (Darling-Hammond, 2020). Meskipun teknologi memberikan peluang besar untuk inovasi pembelajaran, tantangan yang dihadapi meliputi kesenjangan akses terhadap perangkat dan potensi ketergantungan pada teknologi (Agustina, 2021).

Pengembangan diri dan pelatihan berkelanjutan sangat penting agar guru tetap relevan. Namun, seringkali dukungan dari institusi pendidikan tidak memadai. Selain berperan sebagai pengajar, guru juga diharapkan menjadi fasilitator dan mentor bagi siswa. Dalam konteks perubahan kurikulum yang dinamis, guru perlu fleksibel dan proaktif, menemukan keseimbangan antara inovasi dan profesionalisme. Sertifikasi profesi penting untuk menjamin kualitas, tetapi komitmen untuk belajar dan beradaptasi harus menjadi fokus utama (Lindqvist et al., 2020). Guru di era ini juga harus mengelola tuntutan administratif dengan baik, berkolaborasi dengan rekan kerja, dan tetap berorientasi pada proses pembelajaran. Agar materi yang diajarkan tetap relevan, guru perlu memperbarui konten ajar denganisu-isu terkini serta melibatkan siswa secara aktif dalam proses belajar (Zhang et al., 2020). Di sisi lain, harapan kepada pemerintah adalah adanya perhatian lebih terhadap kesejahteraan guru, baik dari segi finansial maupun pengembangan karier, serta penyediaan pelatihan yang relevan dan efektif.


Di samping itu, membangun hubungan positif dengan siswa dan orang tua melalui komunikasi yang terbuka dan keterlibatan aktif juga penting. Kolaborasi dengan pemangku kepentingan pendidikan dapat menciptakan lingkungan belajar yang responsif dan efektif (Berkovich, 2022). Menghadapi tantangan pendidikan jarak jauh dan model pembelajaran hybrid, guru dituntut untuk kreatif dalam menggunakan platform interaktif dan disiplin dalam menyesuaikan metode pengajaran mereka. Agar dapat menjaga keseimbangan antara kehidupan profesional dan pribadi, guru perlu menetapkan batasan yang jelas, menemukan hobi di luar pekerjaan, dan mendapatkan dukungan dari keluarga. Secara keseluruhan, profesionalisme guru adalah perjalanan panjang yang memerlukan konsistensi, inovasi, dan kerjasama untuk meningkatkan kualitas pendidikan di era modernain itu, ada keinginan untuk kolaborasi yang lebih baik antara guru, orang tua, dan masyarakat. Melalui kemitraan ini, guru dapat memperoleh dukungan yang diperlukan untuk meningkatkan kualitas pengajaran. Inisiatif untuk membangun komunitas pembelajaran yang kolaboratif, di mana guru dapat berbagi praktik terbaik dan saling mendukung, juga menjadi harapan yang diidamkan. Penggunaan teknologi dalam pendidikan juga menjadi harapan yang signifikan. Dengan memanfaatkan teknologi secara efektif, guru dapat menciptakan pengalaman belajar yang lebih menarik dan interaktif bagi siswa. Pelatihan mengenai teknologi pendidikan dan strategi untuk mengintegrasikannya ke dalam kurikulum akan sangat membantu guru dalam mengatasi tantangan yang muncul dalam proses pembelajaran di era digital saat ini. Selain itu, pemahaman yang baik tentang teknologi juga memungkinkan guru untuk Salah satu harapan yang sangat penting dalam upaya meningkatkan profesionalisme guru adalah memberikan akses yang lebih mudah dan merata terhadap pelatihan berkelanjutan. Banyak guru, khususnya yang berada di daerah terpencil, sering kali mengalami keterbatasan dalam mengikuti pelatihan yang sesuai dengan perkembangan zaman dan kebutuhan mereka. Di tengah pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, guru diharapkan terus mengembangkan kemampuan mereka agar dapat menyampaikan pengajaran yang relevan dan up-to-date. Dengan adanya program pelatihan berkelanjutan yang dirancang untuk meningkatkan keterampilan guru, baik dalam aspek pedagogi maupun teknologi, diharapkan mereka bisa lebih siap menghadapi berbagai tantangan pendidikan di era digital. Dukungan pemerintah sangatlah penting dalam meningkatkan profesionalisme guru, terutama melalui penyediaan berbagai jalur pengembangan karir yang memungkinkan guru untuk terus berkembang dalam karir mereka. Program sertifikasi guru, misalnya, dapat memberikan guru penghargaan atas kompetensi dan prestasi yang mereka capai dalam pengajaran. Sertifikasi ini juga dapat menjadi dorongan motivasi bagi para guru untuk terus meningkatkan profesionalisme mereka .  

DAFTAR PUSTAKA

Agustina, R. (2021). "The Challenges of Teaching in the Digital Age." Journal of Education and Practice.

Arifin, Z. (2021). Manajemen Pendidikan: Teori dan Praktik. Jakarta: Bumi Aksara.

Berkovich, I., & Eyal, O. (2019). "Teacher Professionalism: A Conceptual Framework." Educational Management Administration & Leadership.

Berkovich, I. (2022). "Collaboration in Education: Building Bridges with Stakeholders." International Journal of Educational Management.

Borko, H. (2019). "Professional Development and Teacher Learning: Mapping the Terrain." Educational Psychologist.

Darling-Hammond, L. (2020). "The Right to Learn: A Blueprint for Creating Schools that Work." Wiley.

Danin, Sudarwan, Khairil H, 2010. Profesi Kependidikan, Bandung: Alfabeta 

Kunter, M., et al. (2020). "The Role of Teacher Professionalism in Student Achievement." Teaching and Teacher Education.

Kunandar, 2007. Guru Profesional Implementasi Ktsp Dan Sukses Sertifikasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Lindqvist, P., et al. (2020). "The Importance of Continuous Learning for Teacher Professionalism." Teaching and Teacher Education.

Mardiana, S. (2019). Kebijakan Pendidikan dan Kesejahteraan Guru di Indonesia. Surabaya: Pustaka Citra.

Muzakki, Z. (2022). Teacher Morale and Professionalism: Study On Improving the Quality of Islamic Education. Jurnal Pendidikan ISlam

Mulyasa E, 2013. Menjadi Guru Profesional, Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, Bandung: Remaja Rosdakarya

Rosmawati 1, N. A. 2 , M. (2020). Pengaruh Disiplin dan Profesionalisme Guru terhadap kinerja guru.Journal of Education Research,1, 200--205.

Susanto, H. (2022). Pengembangan Profesional Guru dalam Era Digital. Yogyakarta: Deepublish.

Setiawan, M. (2020). Stres Kerja dan Burnout pada Guru: Tinjauan Psikologi Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sagala, H. Syaiful, 2009. Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan, Bandung: Alfabeta

Sudiarja A, 2014. Pendidikan Dalam tantangan Zaman, Yogyakarta: Kanisius.

Zhang, X., et al. (2020). "Current Issues in Education: A Teacher's Perspective." Journal of Curriculum Studies.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline