Lihat ke Halaman Asli

Penyanyi Berkualitas vs Penyanyi Amatiran

Diperbarui: 24 Juni 2015   03:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Ada yang suka mendengarkan musik? Atau mungkin menyanyi? Bahkan bias jadi tidak hanya suka menyanyi, tetapi hobi ataupun terbiasa menyanyi??? Itu adalah hal yang lumrah dan bukan lagi menjadi hal yang dapaty dikatakan “WOW” ataupun sesuatu yang sangat hebat di masa sekarang ini.

Menyanyi itu sendiri sekarang ini sudah sering menjadi ajang kompetisi merebutkan hadiah berupa polularitas ataupun materi baik dalam kompetisi on ari maupun off air. Namun dengan seringnya menyanyi dijadikan sebagai ajang kompetisi itu justru menjadi suatu hal yang luar biasa. Karena menyanyi tidak hanya membutuhkan teknik-teknik yang benar saja. Akan tetapi juga ada gebrakan baru sehingga menjadikan penyanyi itu lebih berkarakter dan mempunyai cirri khas yang tidak dimiliki olrh orang lain. Dan dari karakter-karakter baru tersebut maka akan melahirkan penyanyi-penyanyi yang mempunyai kualitas dimana ketika tampil di panggung tidak hanya mengandalkan lipsing saja.

Sebut saja Indonesian idol, x factor, AFI, idola cilik, dan ajang kompetisi menyanyi lainnya di berbagai stasiun televise. Terbukti jebolan-jebolan dari ajangh kompetisi bernyanyi itu mempunyai kualitas yang lebih tinggi dibandingkan penyanyi yang hanya mengandalkan kemampuan “bisa” bertnyanyi langsung masuk ke dalam dapur rekaman dengan berkali-kali take vocal karena banyak kesalahan dalam teknik-tekniknya yang kemungkinan besar akan memakan banyak wektu dan biaya. Dan kalaupun suara dalam rekaman sudfah masuk dalam kategori cukup bagus, hal itu tidak menjamin bahwa penyanyi-penyanyi tersebut mempunyai suara yang cukup bagus ketika live tampil di panggung. Bahkan diantara mereka ada yang mensiasati untuk melakukan lipsing suapa penonton tidak kecewa. Namun hal ini secara tidak langsung akan membohongi penonton dan semakin menurunkan kualitas idustri musik utamanya di Indonesia.

Bertbeda jika penyanyi itu mempunyai kemampuan bernyanyi yang disebut sebagai bakat. Dengan bermodalkan bakat dan terus melatih diri untuk bernyanyi, apabila masuk dalam dapur rekaman akan menghasilkan suara yang jauh lebih berkelas dan dapat dinikmati. Bahkan bagi orang awam yang sama sekali tidak mempunyai pengetahuan dalam bidang menyanyi pun dapat menilai mana penyanyi sesungguhnya dan mana penyanyi amatiran. Tengok saja fatin shidqia, kamasean metthew, agnes monica, citra scholastika, dan penyanyi-penyanyi lainnya. Mereka semua adalah penyanyi berkualitas yang mempunyai karakter sebagai identitas diri. Untuk mencapai kursi tertinggi di industri musik merreka tidak melalui jalan instant yang membayar besar pada lebel musik dan dapur rekaman lalu dengan tiba-tiba bisa popular dan disukai oleh penonton. Mereka harus memulai dengan bernyanyi dari satu panggung-ke panggung, dengan mengikuti berbagai kompetisi, dan selalu melatih olah vocalnya. Dan itu dijalani penyanyi berkelas tidak hanya dalam waktu sebulan dua bulan. Tetapi dalam jangka waktu yang panjang.

Melalui ajang kompetisi menyanyipun secara tidak langsung juga akan menghadirkan penyanyi-penyanyi yang mempunyai keunikan baru. Yang mana dalam kompetisi itu penyanyi yang masuk dalam karantina akan menambah jam berlatihnya dan otomatis akan membuat dirinya terbisa bernyanyi dengan teknik-teknik yang benar sehingga mereka akan mempunyai basic-basic penyanyi yang berkelas atas tutorial dari coatch-coatch yang berpengalaman, dan mempunyai jam terbang yang jauh lebih banyak. Dengan terasahnya kemampuan bernyanyi maka peserta akan terbiasa bagaimana menyanyi dengan baik dan benar.

Oleh karena itu, antara penyanyi yang berkualitas, penyanyi sesungguhnya, penyanyi berkelas dengan penyanyi amatiran dapat dibuktikan dari segi polularitas dan materi yang diperolehnya. Dari ketenaran itu sendiri sudah semestinya penyanyi sesungguhnya akan lebih jauh dikenal tidak hanya dalam negeri saja, bahakan sampai ke mancanegara. Pendengar yang katanya awam dengan basic-basic bernyanyi saja sudah otomatis akan sangat mengidolakan penyanyi yang membunyai high class yang memiliki suara hebat atas bakat kan kemampuan yang dilahirkannya sendiri. Dibandingkan penyanyi amatiran yang hanya bermodalkan tampang (wajah cantik/ganteng) serta penampilan menarik dan uang yang dijadikan alat pembayaran atas ketenaran yang dimilikinnya itu sangat jauh berbeda. Penyanyi amatiran cenderung mempunyai fans dari kalangan yang mengenalnya sebelum menjadi penyanyi, seperti keluarga, teman satu sekolah atau rekan kerja. Dan apabila dilihat dari peringkat penyanyi dan lagu terbaik biasanya penyanyi amatiran tidak pernah menduduki posisi teratas. Sedangkan dari segi materi, dapat dilihat honor sekali bernyanyi dari penyanyi-penyanyi high class dapat dipakai untuk membeli barang-barang yang memiliki budget tidak sedikit. Dan tanpa perjanjian malasalh honorpun sudah dapat dipastikan ia akan mendapat bayaran yang sangat besar. Sedangkan penyanyi amatiran hanya memperoleh honor yang belum nisa menyamai honor penyanyi berkualitas karena belum bisa pula memberikan kepuasan kepada penonton. Dari sini dapat diambil pelajaran, bahwasanya apabila menginginkan kesuksesan harus melalui tikungan tajam kemudian menanjak dan harus melalui bebatua, dan kesuksesan itu tidak akan pernah diperoleh dengan cara instan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline