Lihat ke Halaman Asli

Intan Fajriya Mardiana

Mahasiswi S1 Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga

Pengaplikasian "Edible Packaging" dalam Menjaga Kualitas Ikan Ekspor Indonesia

Diperbarui: 9 Juni 2022   09:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Indonesia yang merupakan negara maritim terbesar di dunia memiliki banyak komoditas ekspor yang berasal dari hasil tangkapan laut. Terdapat berbagai jenis ikan yang diekspor oleh Indonesia, diantaranya adalah ikan cakalang, sidat, udang, ikan kakap, dll. Selain dari jenis ikan, komoditas ekspor dari laut lainnya adalah rumput laut, yang mana di Indonesia ditemukan berbagai jenis rumput laut yang memiliki ragam ciri khasnya masing-masing. 

Berbicara mengenai ikan, ikan adalah bahan makanan yang mudah rusak (high perishable food) sehingga terkadang diberi bahan pengawet untuk menjaga mutu dan kualitasnya dalam waktu yang lama. Namun pada kenyataannya ada beberapa oknum nakal yang mengawetkan ikan dengan pengawet berbahaya seperti formalin yang malah menurunkan kualitas dan kandungan gizi pada ikan. Adanya inovasi berupa kemasan edible dapat menjadi solusi atas permasalahan tersebut.    

Edible Packaging adalah kemasan ramah lingkungan yang dapat dijadikan sebagai pengganti plastik dalam mengemas makanan. Selain sifatnya yang ramah lingkungan, kemasan edible juga memiliki keunggulan yaitu menjadi kemasan antimikroba sehingga kualitas produk makanan yang dilapisi oleh kemasan edible lebih terjaga dibandingkan ketika dikemas menggunakan plastik. 

Kemasan edible sendiri dibagi menjadi 2 jenis yaitu edible coating  dan edible film. Edible coating sebagai pelapis suatu produk sedangkan edible film sebagai pengemas yang berupa lembaran. Contoh dari kemasan edible film yang sudah digunakan saat ini dapat kita lihat pada produk-produk makanan beku. 

Nilai jual ikan sendiri dapat ditingkatkan jika ikan tersebut diberi berbagai pengolahan seperti di fillet ataupun olahan lainnya. Fillet ikan memiliki kelemahan diantaranya tidak dapat mempertahankan kesegarannya dalam waktu yang lama dikarenakan pada proses pembuatan fillet telah merusak pertahanan alaminya. Kerusakan fillet ikan umumnya terjadi karena aktivitas enzim (autolisis), kontaminasi bakteri, dan oksidasi. Untuk meningkatkan daya simpan perlu dilakukan manipulasi beberapa faktor seperti suhu penyimpanan, serta pengemasan penggunaan senyawa antimikroba, dan antioksidan.

Terkait pengemasan, edible packaging khususnya edible film sebagai kemasan primer untuk ikan fillet merupakan kemasan yang sesuai berdasarkan penelitian karena selain menjadi antimikroba yang baik, edible film juga ramah lingkungan. Meski harganya sedikit lebih mahal, namun saat ini sudah banyak konsumen yang mulai peduli akan pentingnya penggunaan bahan ramah lingkungan demi kelestarian bumi tercinta ini.

Edible film dari kitosan atau dari karagenan dapat merupakan contoh edible dari hasil perikanan. Edible dari kitosan dan karagenan memiliki daya kekuatan yang kurang kebih sama dengan  edible lainnya yang tebuat dari pati. atau umbi-umbian. Pada dasarnya ada 3 komponen penyusun edible film yaitu hidrokoloid (lemak, polisakarida, alginat), lipid (asam lemak, asil gliserol, wax atau lilin) dan komposit (campuran hidrokoloid dan lipid). Disini kitosan dan karagenan  berperan sebagai hidrokolid. Menggunakan edible film dari bahan tersebut, berarti kita sedang menggunakan hasil olahan dari perikanan indonesia sebagai pelindung untuk meningkatkan daya tahan hasil perikanan pula. Hal ini dapat menjadi bentuk upaya untuk meningkatkan kualitas  produk hasil sumber daya perikanan Indonesia menjadi lebih maju lagi.  Majulah perikanan Indonesia.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline