Lihat ke Halaman Asli

Intan Siti Noer Rita Daswan

Writer and Life Style Blogger

Antara Senyuman dan Kepekaan

Diperbarui: 9 Oktober 2016   19:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

“Saya suka sekali bertemu dengan Anda setiap hari.”

“Anda selalu tersenyum setiap hari.”

“Kenapa orang-orang di Indonesia selalu tersenyum?”

Perkataan di atas merupakan sebuah suntikan dan motivasi bagi saya. Ya, kata-kata itu keluar dari murid-murid saya yang berasal dari luar negeri, khususnya Belanda. Mereka sengaja datang ke Indonesia untuk berlibur, belajar Bahasa Indonesia dan juga Bahasa Sunda. Beruntung sekali saya memiliki kesempatan untuk mendapatkan pengalaman yang luar biasa bertemu dengan mereka.

Aktivitas saya sebelum menikah memang sebagai pengajar. Saya berkesempatan untuk mengajarkan Bahasa Indonesia dan juga Bahasa Sunda kepada para WNA. Mereka datang ke Bandung untuk bekerja, pertukaran mahasiswa atau sekedar berlibur dan mempelajari budaya Indonesia, khususnya budaya sunda.

Bertemu dengan mereka menjadikan saya bangga akan budaya bangsa Indonesia. Dan, bagi saya, inilah kesempatan untuk memperlihatkan betapa luhurnya budaya kita. Bukan sebuah kamuflase ketika saya selalu menampilkan wajah yang penuh senyum. Karena bagi saya, memberi senyuman adalah sebuah kepantasan kepada orang lain. Tentu saja, senyum yang wajar dan penuh kesopanan.

Menurut saya, senyuman adalah ciri khas orang Indonesia. Tidak jarang murid-murid saya mengatakan kalau orang Indonesia itu ramah. Ya, memang perlu diakui, sebagaian besar dari kita masih menjaga budaya senyum. Budaya yang memang seharusnya menjadi tidak luntur dan hilang di negeri ini.

Ditengah pujian tentang keramahan orang Indonesia, ada satu sentilan yang sering aku dapatkan. Rasanya ingin menutup wajah ini ketika mereka mengatakan kalau masih banyak sampah di mana-mana, banjir, dan fasilitas umum terlihat kotor. Sepertinya budaya ramah itu terkubur oleh ketidakpekaan kita terhadap kebersihan.

Terkadang saya harus memberikan banyak penjelasan ketika mereka bertanya kenapa begitu sulit untuk membiasakan hidup bersih. Tapi, jauh di lubuk hati saya, ada rasa malu karena bangsa yang katanya berbudaya, masih belum memiliki keinginan untuk menjaga kebesihan. Budaya hidup bersih hanya sebatas slogan dan kampanye belaka, faktanya untuk menjadikannya sebagai habits, tidak semudah mengatakannya.

Tapi, saya juga tidak pesimis dengan kondisi negari ini. Kita masih bisa memperbaiki semuanya. Semoga budaya senyum dan juga hidup bersih menjadi bagian tidak terpisahkan dari negeri tercinta, Indonesia.

Fb: www.facebook.com/intandaswan

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline