Suka Duka Belajar Daring Bagi Mahasiswa dan Para Dosen
Di tengah keadaan pandemic Corona Virus Disease 2019 sekarang ini mejadi suatu tantangan bagi seluruh dunia , terutama pada system pendidikan . Seperti yang sudah diterapkan sejak awal di umumkannya tentang masuknya corona virus disease , dimana pendidikan tidak lagi dilakukan dengan system tatap muka tapi beralih dengan memanfaatkan media sosial atau yang disebut dengan system belajar daring. Tentunya proses belajar dengan system daring memberikan efek suka duka bagi para pelajar , terutamanya para mahasiswa. Dengan proses perkuliahan tatap muka di tiadakan membuat beberapa mahasiswa khususnya mereka yang merantau bisa pilang kampong dan dapat berkumpul bersama keluarga mereka.
Proses pembelajaran daring berlaku untuk seluruh instansi pemdidikan di dunia dan termasuk juga Indonesia. Seperti yang dialami oleh Anta Wijaya salah seorang mahasiswa perguruan tinggi di kabupaten Buleleng sejak April 2020 lalu telah melakukan pembelajaran kuliah dari rumah nya di kecamatan seririt,kabupaten buleleng, Bali ia menuturkan bahwa dengan perkuliahan daring dia merasa seenang karna bisa berkumpul bersama keluarganya dalam waktu yang lama . Mahasiswa semester VI tersebut juga menuturkan tentang bagaimana suka duka nya selama perkuliahan daring, sesekali dia merasakan kerinduan untuk bisa pergi kekampus dan berinteraksi bersama teman -- teman nya sesame mahasiswa.
Sejak satu tahun tiga bulan lalu system pebelajaran dengan system daring sudah dilaksanakan, Anta termasuk mahasiswa yang beruntung karna fasilitas yang menunjang untuk pembelajaran daring cukup memadai. Seperti misalnya akses internet yang cukup dan Laptop dengan spesifikasi yang memadai membuat dia dapat mengkuti perkuliahan dengan baik. Namun ada juga beberapa temannya yang terkendala sinyal karna tempat tinggal mereka yang berada di tempat yang terpencil. Terkadang ada juga teman nya yang bercerita kalu ia harus menempuh perjalanan hingga sektar dua setengah jam untuk bisa sampai ke tempat yang menyediakan akses internet agar bisa mengikuti perkuliahan daring . Tutur Anta Wijaya.
Namun meskipun demikian , upaya tersebut tetap tidak bisa optimal karna tempat untuk mendapat akses internet tersebut merupakan tempat umum yang suasananya pasti bising dan kurang kondusif untuk mengikuti perkuliahan. Dan jika dilihat dari sisi lain , perkuliahan dengan sitem belajar daring membuat pengeluaran mahasiswa semakin membengkak karna untuk keperluan membeli paket data meningkat. Untuk membeli paket data internet dengan kapasitas 30 GB yang berlaku untuk 30 hari di bandror sekitar Rp.150.000 , dan itu pun belum tentu cukup untuk satu bulan penuh.
Biasanya perkuliahan berlangsung selama satu setengah jam dan selama perkuliahan tersebut juga bisa menghabiskan paket data hingga 2 GB . Dan juga terkadang ada dosen yang mengadakan perkuliahan yang tidak sesuai dengan jadwal, perkuliahan yang seharusnya berlangsung selama satu setengah jam bisa dilaksanakan sesuai keinginan dosen. Belum lagi bagi mahasiswa yang pulang kampung uang kos tetap harus dibayar kendati sudah tiga bulan tak menetap.
Suka duka perkuliahan dengan system belajar daring tidak hanya dirasakan oleh mahasiswa saja tapi juga dirasakan oleh para dosen. Para dosen merasa bahwa system perkuliahan daring membuat mereka tidak bisa mengontror atau memantau perkembangan belajar para mahasiswanya. Dan juga kendala sinyal membuat para mahasiswa kebanyakan tidak bisa mengikuti proses belajar daring dengan efektif.
Salah seorang dosen jurusan pariwisata berbasis budaya di Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri MPU Kuturan Singaraja mengatakan bahwa piihaknya dalam proses perkuliahan lebih memilih memberi kemudahan pada mahasiswanya karna kebanyakan dari mereka terkendala sinyal karna berada di kampong halamannya. " Kalau perkuliahan dengan memnggunakan zoom pasti akan merepotkan mahasiswa , jadi saya lebih sering memberikan materi dan tugas lalu akan dievaluasi melalui google classroom atau whatsap group " tuturnaya.
Kesulitan utama mahasiswa dalam perkulihan system daring merupakan kesulitan jaringan bagi mereka yang kampung halamannya belum terjangkau akses sinyal sehingga menjadi kendala dalam mengikuti perkuliahan maupun dalam pembuatan tugas yang harus dikumpul melalui media internet juga. Para dosen selalu berupaya untuk memotifasi mahasiswa dalam melaksanakan proses perkuliahan , karna dalam situasi sekarang ini tingka pernikahan dini terus saja meningkat. Jadi para dosen seelalu berharap bahwa para mahasiswa dapat melewati proses perkuliahan hingga lulus dan dapat menjadi sarjana meski dalam situasi pandemic sekarang ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H