Lihat ke Halaman Asli

Intan Senja Nurfitri

Mahasiswa Jurnalistik

Penggunaan Media Digital dalam Pendidikan: Keseimbangan antara Teknologi dan Esensi Belajar

Diperbarui: 10 Januari 2024   08:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Penggunaan Media Digital dalam Pendidikan: Keseimbangan antara Teknologi dan Esensi Pembelajaran

Sebagai fondasi penting dalam pembentukan generasi mendatang, pendidikan telah menjadi ruang bagi evolusi teknologi digital yang pesat. Dalam skala yang luas, penggunaan media digital di ruang pendidikan telah menjadi subjek perdebatan, terutama ketika dibandingkan dengan negara-negara maju seperti Swedia. Dalam skala lokal, Indonesia juga mengalami perbedaan pendekatan terhadap pemanfaatan media digital di beberapa sekolah yang memunculkan pro dan kontra mengenai pengaruhnya terhadap proses belajar mengajar.

Cara yang berbeda dalam menerapkan media digital di ruang pendidikan memunculkan beragam perspektif. Sebagian sekolah di Indonesia mewajibkan siswa untuk membawa gadget, melihatnya sebagai alat pendukung pembelajaran yang memperluas akses informasi dan memperkaya pengalaman belajar. Namun, ada juga sekolah lain yang justru melarang penggunaan gadget di ruang kelas, merasa bahwa kehadiran teknologi dapat mengganggu konsentrasi siswa dan mengurangi interaksi sosial yang penting dalam pembelajaran.

Madrasah Aliyah (MA) Al-Fatah merupakan salah satu sekolah yang sudah mulai menerapkan sistem belajar digital namun masih melarang penggunaan gadget di ruang belajar. Ilham, pengajar sekaligus Koordinator Bimbingan Konseling (BK), mengungkapkan bahwa hambatan utama yang membuat sekolah belum menerapkan atau mengizinkan sistem penggunaan handphone untuk siswa adalah kebanyakan siswa pada umumnya masih belum mempunyai etika belajar menggunakan handphone di ruang belajar.

 "Peran media digital dalam pendidikan modern saat ini bagi saya selaku pengajar sangat membantu namun yang harus di waspadai adalah nilai esensi dari begitu praktisnya dari globalisasi. Era digital saat ini perlu bimbingan dan tindak lanjut," Ungkap Ilham.

Berbeda dengan MA Al-fatah, SMA Muhammadiyah 6 Kertasari justru lebih menyarankan siswanya untuk bembawa gadget karena beberapa pengajar sudah mulai menerapkan sistem pembelajaran digital melalui handphone. Kepala sekolah SMA Muhammadiyah 6 Kertasari, Made Gede Yuliasa Wiwaha, menjelaskan bahwa handphone biasanya digunakan untuk sumber belajar. Terkadang materi yang ada di buku itu terbatas, sehingga siswa bisa lebih mengeksplorasi banyak pengetahuan melalui handphone.

"Berdasarkan survey yang sudah pernah kami lakukan, ternyata siswa itu lebih semangat belajarnya, motivasinya lebih meningkat ketika menggunakan media pembelajaran digital seperti itu (proyektor & handphone)," jelas Made ketika diwawancarai mengenai pengaruh sistem pembelajaran digital pada Selasa, (9/1/2024), di SMA Muhammadiyah 6 Kertasari, Bandung.

"Sekarang kan ada seperti Quiziz, jadi anak-anak lebih tertarik dan lebih tertantang. Karena disitu ditampilkan siapa juara satu, dua, dan tiganya. Ada kejar-kejaran nilai, sehingga yang tadinya kurang termotivasi jadi terdorong dan kompetitif," lanjutnya.

Dalam mengevaluasi dampak penggunaan media digital dalam pendidikan, penting untuk mempertimbangkan kedua perspektif ini secara mendalam. Salah satu aspek yang dapat diperhatikan adalah pengaruh media digital terhadap metode pembelajaran. Teori-teori dalam psikologi pendidikan menyoroti bahwa pendekatan pembelajaran yang berpusat pada teknologi dapat meningkatkan minat dan keterlibatan siswa dalam pembelajaran.

Penting untuk mencatat bahwa penggunaan media digital di ruang pendidikan bukanlah sekadar permasalahan hitam-putih. Hal ini memerlukan pendekatan yang seimbang dan terukur. Swedia, sebagai contoh, telah mengadopsi pendekatan yang lebih terbuka terhadap penggunaan teknologi di ruang kelas dengan memperhatikan batasan-batasan yang jelas. Mereka memanfaatkan teknologi dalam pembelajaran, tetapi juga mengakui pentingnya interaksi manusia yang tidak tergantikan oleh teknologi.

Pada awalnya Swedia membentuk kebijakan untuk memajukan sistem belajar digital, salah satunya dengan mewajibkan penggunaan perangkat digital di Tingkat prasekolah. Namun kebijakan tersebut tidak bertahan lama, setelah menerapkan sistem belajar digital selama bertahun-tahun kebijakan tersebut mendapatkan banyak kritikan. Seiring dengan dimulainya tahun ajaran baru, para guru di beberapa sekolah Swedia termasuk sekolah 'Hi-Tech' kembali mengajarkan para siswanya untuk membaca buku cetak dan menulis dengan tangan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline