Lihat ke Halaman Asli

Intan Syafika

Mahasiswa

Penyimpangan Kekuasaan Para Pejabat di Indonesia

Diperbarui: 2 Desember 2024   09:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dalam upayanya untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan yang bersih dan transparan, salah satu masalah terbesar yang dihadapi Indonesia adalah penyimpangan kekuasaan di kalangan pejabat publik. Fenomena ini merusak perekonomian negara dan menurunkan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah. Penyebab, konsekuensi, dan solusi penyimpangan kekuasaan di Indonesia akan dibahas dalam artikel ini.

*Penyebab Penyimpangan Kekuasaan :

1.Budaya Patronase dan Nepotisme

Dalam sistem politik Indonesia, budaya patronase dan nepotisme masih sangat kuat. Kekerabatan atau kedekatan pribadi sering kali menentukan siapa yang dipekerjakan untuk posisi atau proyek tertentu. Hal ini menyebabkan pejabat menyalahgunakan kekuasaan karena mereka lebih suka melindungi kepentingan pribadi atau kelompok daripada kepentingan publik. 

2.Pengawasan yang Lemah

Seringkali, sistem pengawasan kinerja pejabat tidak efektif. Lembaga pengawas internal dan eksternal, seperti Inspektorat Jenderal atau Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), kekurangan sumber daya atau terpengaruh oleh intervensi politik, sehingga mereka tidak dapat melakukan pengawasan secara menyeluruh.

3.Kurangnya Transparansi

Karena tidak adanya transparansi dalam pengambilan keputusan dan manajemen anggaran publik, pejabat dapat menyalahgunakan wewenang mereka. Seringkali, informasi yang seharusnya dapat diakses publik disembunyikan. Akibatnya, masyarakat tidak dapat menerapkan kontrol sosial yang efektif.

4.Sistem Hukum yang Lemah

Para pejabat merasa kebal hukum karena sistem hukum yang tidak konsisten dan lambat dalam menindak pelaku perlindungan kekuasaan. Kolusi, nepotisme, dan korupsi (KKN) masih merupakan masalah abadi yang belum terselesaikan .

*Dampak penyimpangan kekuasaan :

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline