Lihat ke Halaman Asli

Intan Rimbe Raaina

Tenaga Bimbingan Belajar dan pengajar privat untuk semua mata pelajaran, tingkat TK hingga SMA

Hilang

Diperbarui: 11 Juli 2022   13:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Hujan tak kunjung reda, tetesan nya berebut untuk jatuh dari langit. Mereka tak merasa susah atau sedih karenanya. Mereka tampak bahagia ketika akhirnya sampai di atas tanah atau apapun yang mereka temui di sana. Tetesan itu menari dengan indah dari langit.

Aku tersadar dari lamunan ku..

Iya..

Aku tersadar ketika bulir air itu membasahi kerudungku..

Ku tatap langit masih kelabu bahkan menghitam..dan tetesan air itu kian ramai berjatuhan.

Aku berdiri di persimpangan jalan. Aku tak tau tempat apa ini. Aku menoleh ke belakang, tampak jalan lurus tak berkelok. Dan aku sekarang berdiri di ujung nya, dihadapan ku ada dua jalan. Kanan dan kiri.

Aku harus kemana setelah ini.

"Duarrrr!" Teriakan petir menggelegar di langit, mengejutkan ku. Aku segera berlari, aku mencari tempat berlindung. Aku sampai tak perduli ke arah mana aku berlari tadi.

Di sisi kanan ku tampak kebun bunga yang amat indah. Beragam warna bunga di sana. Aku hanya sekilas saja melihatnya, karena aku terus berlari..mencari tempat berlindung. Gemuruh petir kian menari diatas kepalaku.

Di sisi kiri ku ada tembok batu tinggi yang sangat kokoh, aku berlari ke arah sisi tembok itu. Meski tak ber atap, setidaknya aku merasa aman,,,,sementara.

Aku masih terus berlari..meski tak sekencang tadi. Nafas ku terengah-engah. Langkah ku mulai pelan. Aku berhenti melangkah,,,aku lelah. Aku bersandar di tembok itu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline