Hallo guys! Ada yang pernah dengar nama Desa Srumbung? Mungkin untuk sebagian banyak orang belum pernah mendengarnya.Nah,mari kita simak lebih banyak tentang Desa Srumbung.So enjoy it!
Srumbung merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Magelang.Jawa Tengah yang terletak di sebelah barat daya gunung merapi sehingga termasuk kawasan berbahaya satu dari ancaman letusan merapi. , Daerah ini sangat strategis karena memiliki topografi berupa dataran rendah juga dataran tinggi.Kecamatan ini berjarak sekitar 19 km dari Kota Mungkid. Kecamatan Srumbung mempunyai luas wilayah sebesar 53,17 kilometer persegi yang wilayahnya tersusun dari 17 desa yang terbagi menjadi 163 dusun.
Nah,Srumbung itu di kenal dengan daerah penghasil salak,yang paling di kenal yaitu Desa Nglumut.Tidak hanya penghasil salak daerah barat di srumbung juga penghasil sayuran lho,khususnya cabai.Selain itu di Srumbung juga terdapat beberapa tempat wisata yang terkenal salah satunya yaitu objek wisata alam lereng gunung Merapi,Jurang Jero di Desa Ngargosoko yang berlokasi di area hutan pinus,kawasan ini di dukung dengan adanya beberapa pendopo dan rumah pohon untuk singgah serta di sediakannya tempat untuk camping,outbound dan lain-lain .
Untuk mencapai tempat ini harus melewati jalan yang cukup terjal namun sekarang sudah mudah guys karena sudah di bangun jalan yang lebih mudah untuk para pengunjung jika ingin berkunjung di sana.
Tidak hanya mengetahui letaknya saja mari kita simak lebih lanjut tentang apa saja sih adat istiadat atau tradisi di kecamatan srumbung? Nah di antaranya ada among-among,jajanan,genduren,berkatan,sadranan,Merti Bumi Merapi,dan sebagainya.Fyi setiap daerah di Srumbung sendiri terkadang bisa berbeda dalam penyebutannya, kata-kata yang di atas saya ambil dari daerah/dusun tempat tinggalku ya,yaitu Dusun Lempong,Desa Tegalrandu.Tidak di pungkiri juga jika ada kesaamaan dari daerah lainnya,karena memang ini termasuk ke dalam adat/tradisi di jawa.Oke mari kita simak penjelasan dari adat/tradisi yang saya paparkan di atas.
Among-among yaitu syukuran untuk memperingati hari kelahiran seseorang yang masih hidup berdasarkan penanggalan jawa atau yang biasa di sebut "Weton". Among-among dirayakan dengan makan bersama-sama oleh sekumpulan anak-anak kecil yang biasanya diundang terlebih dahulu untuk datang ke rumah anak yang sedang diamong-amongi. Jika diamati ini mirip tradisi kenduren yang dilakukan oleh orang-orang tua/dewasa. Hanya saja among-among ini diselenggarakan lebih sederhana dan tidak mesti harus berpakaian rapi atau sopan sebagaimana kenduren atau ulang tahun.
Among-among juga biasanya hanya diikuti oleh anak-anak kecil yang biasa bermain atau ditemui di lingkungan sekitar tempat tinggal anak yang diamong-amongi. Hidangan yang disajikan pada saat among-among biasanya berupa nasi putih, kluban, tempe goreng, krupuk, gorengan kedelai, telur goreng atau kadang juga telur rebus yang dipotong kecil-kecil. Semuanya itu diletakan merata di atas tampah yang beralaskan daun pisang.
Jajanan di sini yang di maksud adalah untuk memperingati 3 hari,7 hari,40 hari,100 hari,1th,2th,dann 1000 hari (nyewu) orang yang sudah meninggal biasa di sebut "mitung dino". Isinya berupa nasi,buncis mentah,kubis mentah,kacang panjang mentah,jeroan ayam(rempela)sayur kentang bumbu kuning,peyek,kerupuk putih,tonto yang terbuat dari kelapa parut dan beras ketan yang di bentuk bulat-bulat kemudian di goreng,dan yang terakhir biasanya nanti di atasanya di kasih uang receh/koin.Dengan wadah yang namanya takir.
Genduren atau yang biasa di kenal dengan kenduri dan berkatan itu hampir sama dengan jajanan yang membedakan ialah di sini nasi serta isian dalam genduren dan berkatan lebih banyak dan komplit seperti telur,daging,capjae,baceman,dll.Tidak hanya untuk memperingati orang yang sudah meninggal adat ini juga biasanya untuk acara tasyukuran misal membuat rumah,membeli hewan ternak (sapi),membeli motor,dsb.Yang sekiranya mempunyai nilai jual dan beli yang mahal.
Sadranan (nyadran) atau ruwahan adalah tradisi keagamaan yang dilakukan untuk mengucapkan rasa syukur yang dilakukan dengan cara mengunjungi makam atau kuburan leluhur dimana di tempat tersebut atau di masjid di adakan doa bersama untuk mendoakan para leluhur.Biasanya tradisi ini
Merti Bumi Merapi digelar selama empat hari setiap tahun di bulan suro penanggalan jawa.Prosesi ini di gelar untuk mengngkapkan rasa syukur masyarakat kepada Tuhan karena di beri keselamatan dan rizki dan barokah.Di samping itu juga wujud rasaterimakasih kepada para leluhur pendahulu yang telah berjuang mendrikan desa tersebut. Di kutip dari berita magelang.