Lihat ke Halaman Asli

Mengintip Tantangan dan Potensi Keberagaman Masyarakat Indonesia

Diperbarui: 21 Maret 2022   00:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Keberagaman merupakan realitas yang tidak dapat dikesampingkan dalam kehidupan manusia. Keberagaman tidak melulu menyangkut konteks sosial budaya, melainkan juga persoalan agama atau kepercayaan, dan banyak aspek lainnya. 

Terkait aspek agama, keberagaman tidak sekadar membicarakan mengenai jumlah dan macam-macam agama, seperti agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, maupun Konghucu saja. 

Keberagaman dalam konteks agama memiliki makna yang luas. Lebih lanjut, sejarah keberagaman dalam konteks agama, dalam hal ini adalah agama Islam sudah ada sejak munculnya aliran-aliran teologi Islam, setelah Rasullulah saw. wafat., seperti munculnya aliran Mu'tazilah, Qadariyah dan Jabariyah, Khawarij, Syiah, Murji'ah, asy'ariyah dan Maturidiyah, serta banyak aliran lainnya dengan pemikiran dan pedoman yang berbeda-beda dalam memahami konsep ketuhanan.

Di Indonesia, keberagaman aliran teologi Islam diterima oleh masyarakat, mengingat konsep keberagaman dan/ kemajemukan telah mengakar kuat dan hidup di tengah-tengah masyarakat, walaupun tetap menuai beberapa kontra yang saling menentang. Keberagaman semacam ini tentu bukanlah persoalan yang mudah untuk disikapi, apalagi persoalan yang menyangkut agama. 

Pasalnya, adanya keberagaman di Indonesia, berpotensi munculnya masalah baru. Hal ini serupa yang dikatakan Abdillah, bahwa kemajemukan masyarakat Indonesia memiliki potensi bagi munculnya konflik atas nama suku, ras, dan agama (Abdillah, 2019: 52). 

Konflik-konflik yang timbul dengan mengatasnamakan suku, ras, dan agama akan berakibat fatal dan memecah belah persatuan bangsa Indonesia, bahkan sampai terjadi pertumpahan darah. Jika kita mau menilik lebih jauh mengenai sejarah Indonesia, konflik tersebut sebenarnya sudah pernah terjadi, seperti pada masa pembangunan orde baru, yakni konflik yang terjadi antar golongan yang memiliki perbedaan paham terkait kebijakan rezim Abdurrahman Wahid, tepatnya ketika munculnya kelas-kelas menengah baru yang mendukung maraknya kegiatan keagamaan. Tidak hanya itu, konflik terkait agama ini, juga dapat menimbulkan perang, memunculkan terorisme, dan lain-lain.

Konflik-konflik yang timbul seperti yang telah disinggung sebelumnya, baik sementara maupun berkelanjutan tentu akan membawa dampak yang besar terhadap lini-lini kehidupan. 

Persatuan masyarakat Indonesia akan tergerus, dan tidak menutup kemungkinan akan menyebabkan terjadinya perang dingin dalam satu negara. 

Hal-hal semacam ini tentu memprihatinkan. Untuk menghindari hal-hal negatif semacam ini, dibutuhkan sikap terbuka dan menghargai sebuah perbedaan. Selain itu, mengakui adanya keberagaman dan/ kemajemukan dalam hal sosial, budaya, terutama agama merupakan cara terbaik sebagai upaya menjaga keharmonisan antar masyarakat. 

Kondisi masyarakat yang beragam menuntut manusia agar dapat hidup dan menjalani kehidupan dengan bijaksana (Siti Rohmah, dkk., 2020: 128). 

Dengan kata lain, sebagai orang yang hidup di Indonesia, kita harus senantiasa menerima realitas bahwa bangsa Indonesia merupakan bangsa yang majemuk. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline