Lihat ke Halaman Asli

intan rahmadewi

bisnis woman

Hening dan Toleransi di Bulan Ramadan

Diperbarui: 29 Maret 2024   17:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

detik.com

Kemarin kita menyambut malam Lailatul Qodar, dimana Nuzulul Quran merujuk pada  pertama kalinya al Quran diwahyukan Allah kepada Nabi Muhammad SAW.  Peristiwa pada 17 Ramadan itu harus menjadi momentum  meneguhkan al Quran sebagai pedoman dan panduan etis moral.

Beberapa pedoman yang diperintahkan dalam al Quran ada perintah untuk saling menghormati dan menjaga kerukunan . Ini termaktub pada QS. A Hujurat :13, QS. Mumtahinah:8 dan QS. Al-Maidah : 8. Inilah esensi toleransi.

Nabi Muhammad menerima al Quran pertama kalinya adalah di gua Hira, dimana beliau berkontemplasi dan merenung diri. Pada masa pra Islam, gua Hira memang dipakai masyarakat untuk berhening diri , jauh dari pengaruh duniawi. Pada saat itulah al Quran yang sangat penting bagi umat Islam diwahyukan kepada Nabi Muhammad.

Peringatan Nuzulul Quran hanya berselang satu dan dua hari dengan peringatan Jumat Agung pada umat Kristiani. Pada minggu ini, umat Kristen Protestan dan Katolik memang memperingati minggu-minggu sengsara Yesus dimana puncak karya Yesus kepada umat yang mempercayainya terjadi. Minggu ini diperingati Rabu Abu, Kamis Putih, Jumat Agung, Sabtu Sunyi dan Minggu Paskah.

Rentetan hari pada minggu itu sampai pada sabtu sunyi, suasana  kontemplasi dan keheninganlah yang dominan terjadi. Pada minggu ini bagi umat yang mempercayai Yesus, pemahaman yang lebih dalam tentang pentingnya pengampunan dan rekonsiliasi nasional bisa diperoleh dari refleksi spiritual selama perayaan Jumat Agung atau karya penebusan.

Perayaan Jumat Agung mengingatkan kita akan pentingnya nilai-nilai kasih, pengampunan dan persatuan. Kisah penderitaan dan pengorbanan Yesus, umat Kristiani diingatkan bahwa kekuatan sejati terletak pada kemampuan untuk mengasihi.

Dalam kehidupan berbangsa umat Kristiani juga diingatkan  bahwa kekuatan sejati itu terletak pada kemampuan untuk mengasihi, bahkan yang berbeda keyakinan. Aaplagi kita telah melampaui peristiwa politik yang bernama pemilihan umum termasuk pemilihan presiden, maupun pemilihan  legislatif. Pada masa itu ketersinggungan karena perbedaan pilihan politik kerap terjadi, bahkan beberapa pihak seakan memelihara perpecahan itu sampai sekarang.

Jangan sampai keheningan dan kontemplasi yang sudah dilakukan dalam Nuzulul Quran dan Jumat Agung terbuang sia-sia hanya karena kontestasi politik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline