Pada tahun 2017 lalu, di beberapa media nasional ada berita menarik dan sedikit mengejutkan bagi para orang tua. Berita itu adalah tentang kasus dua anak yang kecanduan gawai di Bondowoso. Dua anak itu akhirnya dirawat di Poli Jiwa RSUD Bondowoso.
Menurut berita itu, dua anak yang kecanduan menunjukkan gelagat seperti layaknya orang kecanduan narkotika. Istilah azimnya, Sakau. Karena keduanya sudah kecanduan gawai tingkat akut. Salah satu tandanya adalah jika merasa sakau (ingin memakai gawai) dan tidak diizinkan, menurut betita itu, mereka akan sangat marah dan membentur-benturkan kepalanya ke dinding.
Meski diniai masih amat jarang ditemukan (kasus seperti itu) hal itu merupakan fenomena yang menarik karena pengguna gawai di Indonesia sangat banyak. Sekaligus membuat kita waspada. Diantara pengguana gawai, sebagian besar juga pengguna internet. Lebih dari separuh rakyat Indonesia yang berjumlah 265 juta ini memakai gawai, dan sebagian besar dari mereka memakai internet.
Diantara para pengguna itu sangat sedikit orang atau pihak yang memiliki pengatahuan soal literasi digital dengan baik. Gawai canggih dan internet akhirnya sering hanya digunakan sebagai alat komunikasi dasar dan beberapa diantaranya memakainya untuk ujaran-ujaran kebencian yang tak ada gunanya.
Banyak penduduk yang belum sepenuhnya paham, untuk apa sebuah alat komunikasi canggih dapat dipakai untuk hal-hal produktif dan positif. Mereka terpapar informasi yang mungkin saja negative tanpa tahu bagaimana cara berkomunikasi positif dengan kemudahan gawai tersebut.
Akibatnya seperti ilustrasi yang terdapat di depan tulisan ini, sampai ada korban karena ketidaktahuan bagaimana menggunakan gawai secara bijaksana. Banyak orangtua yang tidak tau bagaimana mendidik anak nya dengan baik, sehingga mereka tidak salah langkah dalam mempergunakan teknologi.
Di titik itu banyak orangtua yang mungkin harus sadar bahwa mereka punya kewajiban yang sangat banyak dan mungkin sulit dalam mendidik generasi Z yang sangat adaptif terhadap teknologi. Selain sakau gawai, sering kita jumpai karakter anak yang tidak sopan dan tidak sesuai dengan norma-norma yang ada karena didikan salah atau mereka dapatkan melalui digital.
Ranah digital, kita tahu adalah ranah yang amat sangat luas. Tempat segala sesuatu baik atau buruk kita buang sekaigus kita dapatkan. Dan para generasi Z yang dikoran itu adaah korban dari ketidaktahuan para seniornya termasuk para orangtuanya, bagaimana mengolah informasi di dunia digital.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H