Beberapa tahun belakangan ini, soal multikulturalisme dan pluralisme menyedot perhatian banyak orang. Sebabnya adalah banyak orang yang tak sadar bahwa pluralism adalah bagian dari bangsa kita.
Dua hal itu juga jadi perhatian banyak orang karena kian banyaknya kekerasan yang berlatar belakang agama, baik antar agama maupun sesama pemeluk agama. Belum lagi diperparah dengan isu terorisme dan radikalisme.
Isu-isu perdamaian yang disertai pengetahuan soal multicultural dan plaralisme menjadi hal penting tidak hanya pada Negara-negara yang sering terjebak pada pertikaian dalam negeri tapi juga ancaman luar negeri.
Pertikaian dalam negeri di beberapa Negara seringkali melibatkan ideology. Kondisi ini sebenarnya bisa diperbaiki dengan pemahaman atau pendidikan soal perdamaian yang diajarkan sejak belia.
Di Indonesia, Kondisi pendidikan Indonesia sebenarnya suah dalam kondisi pelik. Sejak diterapkannya otonomi khusus bagi daerah, banyak sekali pihak yang mendirikan sekolah dengan sedikit mengindahkan ketentuan pendidikan nasional.
Sekolah-sekolah berstandar Internasional (SBI) yang pernah ada kebanyakan mengedepankan aspek kognitif saja tanpa banyak mengindahkan aspek cultural dan kearifan local.
Banyak pihak berdalih bahwa tidak hanya aspek kognitif yang mereka perhatikan tetapi juga aspek ideology (agama). Tetapi agama yang diajarkan mereka tak sesuai dengan akar social bangsa Indonesia. Perkembangan sekolah berdasar agama ini malah mengkhawatirkan karena menjadikan Indonesia terkotak-kotak dalam pendidikan berdasarkan kelas social ataupun sentiment golongan.
Sekolah-sekolah itu ( kebanyakan swasta atau sebagian negeri) dikelola sesuai dengan selera pengelola atau pemiliknya. Sang pemilik bisa saja perseorangan atau yayasan.
Hanya saja jika sekolah-sekolah itu dikelola dengan salah maka yang terjadi adalah pengajaran yang mencakup sedikit kurikulum yang dianjurkan dan banyak pengajaran sesuai dengan keyakinan sang pemilik institusi pendidikan itu, tanpa menyesuaikan konteks social masyarakat.
Contoh yang bisa ditampilkan di sini adalah beberapa institusi pendidikan yang berbasis agama di beberapa wilayah di Jakarta dan Jawa Barat. Pelajaran agama dititikberatkan ke hal yang bersifat konvensional bahwa diarahkan menuju pure ideology .
Misal adanya tangga sekolah (menuju kelas di lantai dua) yang terpisah antara laki-laki dan perempuan. Beberapa hal diarahkan ke ajaran agama murni yang sering bertentangan dengan budaya Indonesia.