Lihat ke Halaman Asli

intan rahmadewi

bisnis woman

Pendekatan Agama dalam Penanggulangan Radikalisme

Diperbarui: 17 Juni 2015   07:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1431147176100165082

[caption id="attachment_365061" align="aligncenter" width="492" caption="mazainulhasan1.sch.id"][/caption]

Sedih rasanya ketika menyebut bahwa aksi radikalisme, khususnya terorisme, banyak dilakukan atas dasar agama, sehingga kini banyak disebut sebagai radikalisme agama. Isu tersebut mulai merebak di seluruh dunia pasca peristiwa Serangan 11 September di tahun 2011 silam. Dari tahun ke tahun, perkembangan radikalisme agama kian mengkhawatirkan dan meresahkan masyarakat dunia, termasuk bagi Indonesia.

Para aktor di balik aksi radikalisme agama menggunakan doktrin keagamaan untuk melegitimasikan pengaruhnya ke masyarakat luas. Sayangnya mereka cenderung hanya memaknai doktrin keagamaan sebatas literal saja, tanpa melihat dan memperhatikan konteks kehidupan saat ini. Bagi mereka, doktrin keagamaan adalah hal yang hakiki, tidak dapat disesuaikan, sehingga merupakan pun menganggapnya sebagai ajakan untuk meraih kebaikan (amar ma'ruf nahi munkar). Itulah mengapa para pelaku aksi radikalisme agama seolah tidak memiliki dosa dalam melakukan aksi-aksi biadabnya.

Sebagai sebuah bangsa yang multikultur, Indonesia patut mewaspadai aksi-aksi radikalisme agama dengan mengupayakan berbagai bentuk penanggulangan, seperti deradikalisasi dan kontra-propaganda, Deradikalisasi adalah bentuk upaya pemberantasan terorisme yang ditujukan kepada orang-orang yang telah terpengaruh paham radikal. Upaya ini dilakukan dengan cara memberikan pembinaan dan bimbingan secara kontinyu untuk menghadirkan pemahaman agama dan kehidupan yang damai. Sedangakan kontra-propaganda ditujukan kepada masyarakat luas, di mana cenderung bersifat pencegahan yang dapat berbentuk seperti sosialisasi mengenai kehidupan damai, tafsir agama yang benar, dan tentu saja bahaya ancaman terorisme bagi kehidupan manusia.

Deradikalisasi dan kontra-propaganda tidak akan berjalan efektif jika tidak diikuti oleh pendekatan agama oleh tokoh-tokoh yang berkompeten, seperti ulama dan tokoh masyarakat. Pendekatan agama dimaksudkan untuk menekankan bahwa setiap agama mengajarkan umatnya untuk hdiup dalam kasih dan damai terhadap semesta, temasuk terhadap sesama manusia. Pendekatan agama harus mendorong umat untuk memahami dan meyakini bahwa seluruh agama pasti memiliki dasar yang selaras dengan nilai-nilai kebaikan yang terpuji. Nilai-nilai kebaikan tersebut sangat erat kaitannya dengan perdamaian antar sesama, sehingga jelas bahwa bentuk ajaran kekerasan yang disampaikan atas dasar agama adalah hal yang salah.

Lebih lanjut, pendekatan agama yang dilakukan juga harus ditingkatkan kualitas moderatnya, sehingga mampu meminimalisir kemungkinan bibit radikalisme berkembang lebih jauh. Untuk itu, diperlukan kerja sama dan dukungan yang sinergis dari pemerintah dan lembaga-lembaga agama untuk memasyaratkan pesan perdamaian ke seluruh umat dan seluruh masyarakat Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline