Lihat ke Halaman Asli

Istudiyanti Priatmi

Fortiter in re, suaviter in modo (Claudio Acquaviva, SJ)

Selaput Dara Buatan vs Mitos Perawan

Diperbarui: 24 Agustus 2021   17:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Tes keperawanan masuk KOWAD telah dihapus Jenderal Andhika dan saya sangat menyambut gembira.  Para calon prajurit KOWAD tidak perlu lagi dites apakah selaput daranya masih utuh sebagai ukuran moral pribadinya, sebagaimana calon prajurit lelaki tidak perlu dites keperjakaannya. 

Selaput dara dalam budaya masyarakat tradisional di Indonesia masih dipandang sebagai ukuran bermoral atau tidaknya seorang gadis dan harus berdarah pada saat penetrasi penis di malam pertama usai upacara perkawinan.  

Bahkan di satu masyarakat adat, saat malam pengantin beberapa tetua adat berkumpul di depan kamar pengantin dan mereka berdebar menunggu bunyi penanda dari pihak lelaki bahwa istrinya masih perawan.    

SELAPUT DARA DAN PERAWAN

Selaput dara (hymen) adalah selaput tipis yang berada di sekitar 1 - 2 cm  dari bibir vagina yang berfungsi menyaring kotoran agar tidak langsung masuk ke vagina.  Ketebalan selaput dara masing-masing perempuan berbeda antara satu dengan lainnya.  

Saya teringat di masa remaja tidak diperbolehkan bapak belajar naik motor, karena ada tetangga yang kecelakaan motor dan selaput daranya robek.  

Ya, karena merupakan selaput tipis, maka kemungkinan robeknya pun dapat terjadi disebabkan aktivitas yang berlebihan seperti naik motor, bersepeda, senam, berkuda, memanjat pohon atau tebing, penggunaan tampon dan sebab lain.  

Adilkah judgement bahwa seorang atlet panjat tebing atau bikers yang selaput daranya robek adalah seorang tidak bermoral dan tidak bisa menjadi seorang prajurit?.   Tepuk tangan untuk Jenderal Andhika.

MORAL MENJAGA KESUCIAN

Nilai moral baik dan buruk dalam seorang menjaga kesucian tubuhnya bukan hanya menjadi kewajiban seorang perempuan yang dengan mati-matian harus kekeuh menjaga selaput daranya utuh dan
kelak berdarah di malam pertama, namun menjadi kewajiban lelaki juga dong.  Yang jadi pertanyaan adalah, bagaimana cara mentes keperjakaan seseorang, hanya ia dan Tuhan yang tahu.  

Saya melihat tidak relevannya menilai moral seseorang perempuan dari selaput dara dan berdarah tidaknya semata, apalagi saat ini marak operasi kosmetika selaput dara berbiaya belasan juta Rupiah atau menggunakan selaput dara imitasi yang lebih murah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline