Pesta seks kaum gay (baca: homoseksual lelaki) yang dilaksanakan di satu apartemen di Jakarta Selatan membuat kami eehh kita tercengang. Nampak 56 hadirin pesta semua lelaki dengan dresscode hanya bertelanjang dada, memakai only celana dalam (mengingatkan saya pada tokoh Sponge Bob) dan masker bernuansa merah putih sesuai tema acara yaitu merayakan ulang tahun kemerdekaan RI yang ke-75, berjejalan dalam satu ruang apartemen dengan terlebih dahulu dibagi dalam 3 golongan yang ber-acting as man, woman dan vers (acting as man or woman).
Tentu untuk datang ke pesta, tubuh harus segar dan wangi dong, maka panitia penyelenggara (EO) telah mewajibkan semua peserta harus mandi terlebih dahulu sebelum datang ke pesta tersebut.
Wangi pasti dong, namun sungguh tidak elok membayangkan ruangan yang beraroma aneka jenis minyak wangi yang digunakan oleh 3 golongan man, woman dan vers. Namun kalau Anda nekad memaksa membayangkan suasana pesta di atas, silakan bukan tanggung-jawab saya.
Kata 'gay' yang digunakan sebagai kata pengganti homoseksual kaum lelaki itu sendiri berkonotasi pesta yang pasti penuh kegembiraan, riang, gembira, terang dan mencolok. Para pecinta puisi atau literatur sastra dalam bahasa Inggris tentu telah familiar dengan kata 'gay' yang artinya: joyful, carefree, bright and showy.
Dalam bahasa Indonesia artinya adalah riang, kegembiraan, terang, mengesankan, mencolok dan sejenisnya yang berkonotasi gembira-ria, mungkin suasana pesta dapat menggantikan maknanya.
Kata 'gay' sendiri terserap dalam bahasa Inggris sejak abad ke-12 berasal dari bahasa Perancis kuno yaitu: gai. Tidak diketahui persis sejak kapan istilah gay menggantikan kata homoseksual bagi kaum lelaki. Selanjutnya kita gunakan kata gay sebagai kata pengganti homoseksual kaum lelaki.
Bahasa Gay (Bahasa Binan) dan Bahasa Gaul
Kelompok gay merupakan kelompok minoritas dalam masyarakat relijius dan homofobia, dikucilkan dan dianggap sebagai kaum pendosa sebagaimana tertera dalam kitab-kitab suci.
Stigma ini turut membentuk keesklusifan kaum gay, sehingga mereka pun memiliki komunitas tersendiri, kode-kode di kalangan mereka bahkan bahasa khusus.
Dari website gayanusantara.or.id disebutkan bahwa sejak tahun 1960-an kaum homoseksual di Indonesia menggunakan bahasa khusus di antara komunitas mereka yaitu bahasa Binan (sering disebut pula: bahasa Gay) yang lantas kemudian terserap menjadi bahasa Gaul yang lazim digunakan anak-anak muda di banyak kota besar.
Contohnya?. Kata 'cucok', 'kucing', 'nek' (kata panggilan), 'oma' (kata panggilan), 'trimse', 'kamse', 'lekong', 'bencong', 'endang', 'endol', 'ember' dan lain-lain seperti yang sering diucapkan oleh para selebritas tanah air di media televisi.