Lihat ke Halaman Asli

Istudiyanti Priatmi

Fortiter in re, suaviter in modo (Claudio Acquaviva, SJ)

Selamat Datang, Uang Elektronik yang Sungguh Solutif

Diperbarui: 31 Agustus 2020   21:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Penggunaan uang elektronik semakin meningkat di Indonesia, terutama di tengah pandemi Covid-19 yang mengharuskan masyarakat untuk "Stay at Home", tidak keluar rumah apabila tidak penting-penting banget.  Berkat keharusan stay at home, membuat saya mendapatkan pengalaman pertama menggunakan uang elektronik, dalam hal ini GoPay.  
Sungguh menakjubkan, tak terlupakan dan membuat ketagihan.

Bukan sesuatu yang istimewa bila GoPay terpilih menjadi uang elektronik pertama yang saya coba gunakan.  Lha memang "the one and only" GoPay.  Kok bisa?.  Ya, bisa... lha wong di gawai imut bermemori super terbatas ini, aplikasi yang digunakan hanya bisa muat untuk 1 aplikasi transportasi, an sich Gojek yang pelopor transportasi ojek online.  Gojek Indonesia bertelurkan GoPay, uang elektronik yang menjadi obyek pengalaman pertama saya.

GoPay memiliki sistem yang cukup mudah digunakan bagi seorang yang 'gaptek' seperti saya. Kali pertama mencoba menggunakan GoPay sungguh mengharu-biru, karena saya menggunakan gawai milik anak saya, namun kok selalu gagal setelah berkali mencoba upload e-KTP dan foto diri ala selfie mencoba berbagai gaya senyum, ternyata GoPay hanya dapat digunakan oleh pemilik gawai yang sudah terdaftar sebagai pelanggan Gojek sebelumnya, dalam hal ini putra saya.  Baiklah, no problemo bila harus menggunakan nama dan foto putra saya. 

Saat menggunakan untuk transaksi pertama sungguh mendebarkan, seolah menunggu dijemput pacar baru ke resepsi pernikahan mantan pacar.  Transaksi pertama yang dilakukan adalah membayar pesanan Balado Jengkol yang menjadi masakan kesukaan ibu saya.  Saya membelinya melalui info open order teman ex-SMP di WA Group SMP 13 Kebayoran Baru.  

Teman saya akan memasak Balado Jengkol dan mengumpulkan pemesan yang disebutnya dengan istilah "Open Order".   Lantas saya teringat ibu saya yang kepingin Balado Jengkol, namun pasokan jengkol di toko sayur langganan selalu kosong.  Saya memesan dan mencoba membayarnya dengan GoPay dan "Wooo Hooo, cihuyy!", saya takjub betapa mudahnya melakukan transaksi dengan GoPay, bahkan saya dapat menuliskan di kolom chat bahwa sudah membayar lho.  Sungguh hal ini membuat saya bangga sekaligus terharu campur takjub.

Kemudahan dalam menggunakan uang elektronik tidak terlepas dari manfaatnya sebagai berikut:

Praktis dan inovatif yang membantu kelancaran pembayaran kegiatan ekonomi yang bersifat massal, cepat dan mikro, misal: transaksi di jalan tol, tiket MRT.

Aman dibandingkan harus membawa uang kertas dan koin.

Nilai yang disimpan secara elektronik, dikeluarkan pada penerimaan dana dengan jumlah yang tidak kurang nilainya daripada nilai moneter yang dikeluarkan.

Mudah diakses dimana pun menggunakan gawai (gadget), bahkan di daerah yang belum memiliki akses kepada sistem perbankan (unbankable).

Trend belanja online di tengah pandemi Covid-19 menunjukkan peningkatan, saya asumsikan paralel dengan peningkatan jumlah uang elektronik yang beredar, sebagaimana data Bank Indonesia di tahun 2020 sebagai berikut:

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline