Lihat ke Halaman Asli

Deany Yasir Wirya

Menjadi proaktif

Ayah... Andai Kau Tahu Isi Hatiku!

Diperbarui: 24 Juni 2015   04:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Senja itu kududuk terpaku di teras depan rumah. Buku cerita yang kupegang, telah kukhatamkan beberapa kali. Sementara jam hampir menunjukkan pukul 18.00. Ayah, sebentar lagi kita biasa sholat Maghrib berjamaah. Namun, sampai detik ini tak kulihat mobilmu dari kejauhan..... ah, kututup saja pintu rumah. Aku akan sholat Maghrib sendiri kali ini....

Setelah sholat maghrib, kucoba masuk kamar ayah dan bunda. Hanya bunda dan adik kecil. Ayah belum juga pulang. Tidak seperti biasanya, beberapa hari belakangan ini selalu pulang telat. Alasan macet lah, meeting, dan sebagainya. Suara adzan Isya dari musholla dekat rumah terdengar olehku  di ruang tamu. Aku sholat Isya sendiri lagi ayah...

Tepat jam 9 malam, suara deru mesin mobil terdengar olehku. Langsung saja aku berlari ke depan pintu. Kudapati ayah dengan membawa laptopnya berjalan agak lunglai. Sepertinya ayah kelelahan. Kutegur ayah. Dan beliau langsung menjawab salamku sambil mencium keningku. Baru saja aku akan bercerita, ayah sudah memegang telepon genggamnya. Sepertinya ayah mendapat panggilan dari teman-teman lamanya. Ayah menjadi ketua panitia reuni SMA. Semenjak menjadi ketua panitia reuni, waktu ayah di rumah hampir saja habis untuk telpon, sms, bbm, dll hanya tuk sekedar berkordinasi. Pulang ke rumah sudah larut malam. Alhamdulillah masih dapat senyuman ayah....

Ayah tahukah kau, betapa aku ingin bercerita saat ini. Bercerita tentang kegiatanku di sekolah. Aku ingin bercerita, betapa hebatnya anakmu mendapatkan sticker bintang dari guru, karena aku berani tampil di dalam kelas. Betapa baiknya teman sebangkuku di kelas, memberikan penghapus pensil saat aku tak membawanya.  Ayah aku ingin mendengarkan kisah-kisah heroik tentang sahabat nabi yang dulu pernah engkau ceritakan sebelum aku tidur. Ayah, besok aku akan menghadapi ujian akhir semester  pertama kalinya di kelas I Sekolah Dasar. Aku butuh waktumu ayah....

Tapi ayah, kini selepas kerja kau terlalu sibuk dengan handphonemu. Engkau terlalu sibuk dengan group teman-teman alumni di blackberry mu. Engkau terlalu sibuk dengan group teman-teman kerjamu di blackberrymu. Ayah, bukankah teman-teman alumni SMP, SMA, Kuliah ayah pernah berinteraksi dengan ayah? Mereka pernah melakukan kegiatan bersama ayah. Bukankah rekan-rekan kerja ayah sudah bertemu saat ayah kerja? Kenapa ayah masih sibuk berinteraksi melalui telepon pintarmu. Tak adakah sedikit waktumu untukku.... Aku hanya minta sedikit waktumu ayah. Setiap kau pulang kerja, saatnya kau berinteraksi dengan aku, adik, dan bunda. Waktu untuk keluarga kita ayah.

Ayah...andai kau tahu isi hatiku! Aku hanya butuh waktumu sedikit saja. hanya beberapa detik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline