Lihat ke Halaman Asli

Uning Hapsari Putri

Guru/SMA Al Islam 1 Surakarta

Projek P5 sebagai Upaya Pelestarian Kearifan Lokal Kota Surakarta

Diperbarui: 7 Juni 2023   21:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Projek penguatan profil pelajar pancasila (P5) adalah salah satu ciri dari keterlaksaannya Kurikulum Merdeka di satuan pendidikan. Dengan adanya projek P5 ini diharapkan peserta didik akan mempunyai sebuah identitas sebagai pelajar pancasila. Dalam pelaksanaannya, projek P5 ini terdapat tujuh tema projek dalam sebuah jenjang pendidikan.  Salah satu tema yang menarik untuk diangkat adalah tema Kearifan Lokal. Kearifan lokal erat kaitannya dengan warisan budaya di suatu tempat. Misalnya di kota Surakarta, yang dikenal sebagai kota budaya dengan warisan tradisional yang masih kental dan budaya keraton yang masih dipegang dengan erat. 

Dengan mengambil tema kearifan lokal, peserta didik dapat memilih topik yang diinginkan yang masih berbau tradisional, seperti arsitektur bangunan tradisional, permainan tradisional, perabot tradisional, filosofi makanan tradisional, dan sebagainya. Dengan diambilnya tema ini, peserta didik dapat mengeksplorasi kebudayaan kota Surakarta dari berbagai sisi. 

Misalnya, jika peserta didik mengambil topik arsitektur bangunan tradisional, maka peserta didik akan mendapatkan banyak kesempatan untuk mengunjungi tempat-tempat bersejarah di kota Surakarta, seperti Keraton Surakarta, Masjid Agung Surakarta, Mangkunegaran, Istana Heritage Batik Keris (Omah Lowo), Pasar Gedhe, Pasar Triwindhu, dan lain sebagainya. Peserta didik dapat mewawancarai tokoh yang bertanggungjawab terhadap bangunan tersebut untuk medapatkan informasi yang diinginkan, misalnya mulai dari sejarah pembangunannya, gaya arsitekturnya, filosofi bangunannya, dan masih banyak lagi. Dengan demikian, peserta didik mendapatkan banyak pengetahuan  dimana pengetahuan tersebut merupakan hasil eksplorasinya atau pengalamannya sendiri, yang tentu saja sejalan dengan apa yang diharapkan dalam kurikulum merdeka.

Selain tentang arsitekturnya, kota Surakarta juga memiliki banyak makanan tradisional yang menjadi makanan khas kota Surakarta. Sebut saja selat solo, sate kere, tengkleng, dll. Dengan dikenalkannya makanan-makanan tradisional di era sekarang tentu akan sangat menyenangkan untuk dipelajari dan dilestarikan. Remaja saat ini dikenal lebih mengutamakan "tempat makan" yang cozy dan kekinian daripada "rasa makanan" itu sendiri tentu harus diperkenalkan dengan makanan ataupun jajanan tradisional khas kota Surakarta agar para remaja dapat merasakan bahwa makanan tradisional tidak kalah cita rasanya dengan makanan kekinian yang sudah terpengaruh dengan budaya luar. Hal ini bertujuan agar makanan tradisional yang khas ini tidak lekang tergerus zaman yang serba modern karena masih terus memiliki peminat di berbagai kalangan.

Topik ketiga yang tak kalah menarik perhatian saat ini adalah permainan tradisional.  Permainan tradisional di Pulau Jawa, terkhusus Jawa Tengah dan di kota Solo memiliki makna filosofis yang dalam. Permainan tradisional diharapkan masih akan terus dilestarikan ditengah gempuran digital yang membuat manusia jadi "malas bergerak" karena serba otomatis. Beberapa permainan tradisional yang masih dapat ditemui saat ini adalah congklak, egrang, jamuran, ataupun cublak-cublak suweng. Dengan adanya projek P5 ini, peserta didik berkesempatan untuk mewawancarai narasumber yang tepat di bidangnya tentang makna apa yang tersembunyi di balik diciptakannya permainan tersebut. Dengan demikian, peserta didik mengalami pengalaman nyata yang akan membekas di benaknya sehingga akan diamalkan ke depannya.

Sebenarnya, masih ada beberapa topik yang dapat dibahas terkait dengan kearifan lokal kota Surakarta. Namun, dari sedikit uraian di atas dapat dikatakan bahwa adanay projek P5 yang dicanangkan pemerintah dalam kurikulum merdeka mempunyai dampak yang signifikan terhadap perubahan dan pengalaman peserta didik. Peserta didik yang bertindakdan terjun ke lapangan secara langsung tentu mempunyai pengalaman yang berkesan yang akan diingat dalam waktu yang lama. Jika terkait dengan kearifan lokal ini, peserta didik diharapkan dapat melestarikan seluruh warisan budaya yang ada, terkhusus di kota Surakarta, sehingga dapat dinikmati untuk generasi berikutnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline