Lihat ke Halaman Asli

Inspirasiana

TERVERIFIKASI

Kompasianer Peduli Edukasi.

Merapi pada Suatu Pagi dan Berkahnya untuk Insan dan Bumi

Diperbarui: 18 Desember 2022   09:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Merapi pada Suatu Pagi dan berkahnya untuk Insan dan Bumi -dokpri Inspirasiana

Pagi hari yang cerah. Minggu, 18 Desember 2022. Tahun baru menjelang. Meninggalkan jejak-jejak kisah dan kasih sayang. Waktu yang tepat untuk melepas segala penat bersama sepeda tersayang. 

Perjalanan gowes kali ini menelusuri jalanan perdesaan di seputaran Jalan Kaliurang kilometer tujuh sampai dua belas. Menikmati persawahan dan geliat insan serta bumi di pagi berpendar mentari.

Merapi, sang arga pepuja hati masyarakat Yogyakarta dan Jawa Tengah tampak asri. Ia tampak sibuk memasak di dapurnya. Mungkin, sedang merebus jagung manis. 

Merapi pada suatu pagi menebarkan bias-bias berkahnya untuk insan dan bumi. Meski ia kadang batuk keras, sejatinya ia menjadi perantara berkah berupa material vulkanik penyubur pertiwi.

Lahan persawahan masih tersua di antara bangunan-bangunan yang makin menjamur. Maklum, bumi makin padat manusia. Jogja pula. Ia makin rajin ditanami beton-beton hotel dan perumahan. Tak lupa warung kopi yang menolak mati meski kadang sepi. Sesepi hati sebagian pengunjungnya.

Petani di lereng Merapi - dokpri Inspirasiana

Di sebuah lahan persawahan, Pak Tani sedang menikmati kendaraan mainannya. Ia berputar-putar bak di Sirkuit Mandalika. Bedanya, sirkuit ini berisi lumpur. Untunglah, burung-burung bangau menemaninya sembari menari dengan kepak sayap mereka.

Beranjak ke utara, wajah Merapi makin memesona. Di pematang sawah, tumbuh subur pohon buah. Pisang tampak berbuah hijau. Selaras dengan ijo royo-royo sawah dan pepohonan di sekitarnya.

Masjid berlatar Gunung Merapi - dokpri Inspirasiana

Netra dimanja pula oleh lanskap asri masjid dan Merapi. Seolah rumah ibadah dan ciptaan Allah menyenandungkan melodi penuh arti. Masjid bermenara apik itu menanti kehadiran insan-insan pencari Tuhan. Tak harus yang lantas bersembahyang di dalamnya. Aku pun merasa damai dengan berhenti sejenak di depannya. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline