Sebelum membaca lebih lanjut, silakan baca dua bagian sebelumnya: Terbanglah Camar (I), Terbanglah Camar (II)
Tetapi empat hari yang lalu, semuanya berubah. Fanny baru saja keluar dari elevator ketika melihat Geld sedang berbincang dengan seorang gadis cantik.
Mereka begitu akrab, begitu mesra, dan gadis itu begitu manja kepada Geld.
Fanny menyaksikan adegan itu dengan dada bergemuruh. Jadi Geld yang dikaguminya ternyata tidak lebih dari seekor serigala berbulu domba.
Jadi kebaikan Geld kepadanya selama ini hanya sandiwara. Jadi kata-kata Geld, semua penghiburan dan nasihat yang selama ini diberikan Geld, hanyalah racun yang keluar dari mulut seekor ular berbisa.
Bodohnya kau, Fanny. Ia memaki diri sendiri.
Kau biarkan dirimu terbuai oleh semua kebohongannya. Kau biarkan ia mengayunkan mimpimu tinggi-tinggi. Lihatlah, sekarang ia telah membawamu ke tepi jurang gelap yang maha dalam dan siap melemparkan kau ke sana.
Fanny merasa bumi berguncang hebat. Ada bara api kemarahan, ada ledakan-ledakan kebencian, juga ada letupan-letupan penyesalan dan seribu satu macam perasaan yang mengobrak-abrik dada, jantung, dan hatinya.
Semua terjadi begitu tiba-tiba dan tak terduga. Dengan setengah berlari, ia melewati Geld dan gadis itu, menuju mobilnya.
***