Seorang anak laki-laki mendapat hadiah ulang tahun istimewa di ulang tahunnya yang ke dua belas. Anak ini awalnya agak bingung ketika membuka bingkisan dan mendapati bahwa isinya adalah mainan untuk anjing. Namun dia tetap tersenyum manis dan bilang terimakasih untuk mainan tersebut.
Sampai pada momen ibunya bilang “Rasanya kamu perlu seekor anjing”, dan ayahnya datang membawa seekor anak anjing. Nyaris tidak percaya dan dengan luapan emosi yang dalam, ia menangis sambil mengelus lembut kepala anak anjing tersebut ketika menyadari bahwa keinginanya akhirnya terkabul setelah sembilan tahun meminta.
Yah, anak ini sudah meminta untuk diizinkan memiliki seekor anjing sejak ia berusia tiga tahun, dan ia beruntung keinginannya akhirnya terkabul. Cukup banyak orang tua yang melarang anak memiliki hewan peliharaan karena satu dan lain alasan.
Terlepas dari kendala seperti masalah keuangan, kondisi rumah dan sebagainya, sesungguhnya mempunyai hewan peliharaan memberikan banyak manfaat bagi Kesehatan mental pemiliknya. Untuk lebih jelasnya, sila baca artikel pada utas di bawah ini.
Ternyata, dengan mental yang sehat, pemilik hewan peliharaan juga secara tidak langsung memiliki fisik yang sehat. Hal ini tidaklah mengherankan karena sesungguhnya mental yang tidak sehat berkontribusi besar terhadap masalah Kesehatan fisik manusia.
Selain itu, memelihara hewan peliharaan juga mempunyai pengaruh positif yang tidak kalah besarnya bagi anak, yaitu membantunya meningkatkan keterampilan sosial, antara lain:
Mengembangkan empati
Ketika anak mempunyai hewan kesayangan, ia belajar memahami apa yang dirasakan oleh peliharaannya. Hewan tidak bisa bicara, lebih tepatnya kita tidak memahami isi bicaranya hewan, namun kita dapat menangkap apa kebutuhan ataupun kegelisahannya.
Suatu ketika saya pernah membersihkan rumah dan menggeser perabot dengan terburu-buru sehingga menimbulkan suara keras. Sansan, kucing kami langsung lompat menjauh.
“Mama pelan-pelan, adek San takut” anakku protes, dan langsung mendekati kucingnya seraya menepuk lembut dan berkata “Adek takut ya, suara bangkunya keras ya?, Maaf ya… Mama lagi buru-buru tadi..”
Sontak aku pun tertawa dan ikut minta maaf kepada “adik”nya.
Belajar menerima tanggung jawab
Saat pertama kali Sansan datang ke rumah, ia adalah seekor anak kucing malang yang dibuang orang dan hampir terlindas oleh mobilku. Matanya bengkak dan ditutupi kotoran, hidungnya basah akibat flu karena kedinginan di jalan.
Segera kami bawa ke dokter dan Sansan diberi resep obat tetes mata serta tetes telinga yang harus ditetes tiga kali sehari. Kami pun berbagi tugas bergiliran mengobati hingga di sembuh. Di sela-sela aktivitasnya, “Kakak” nya Sansan yang kala itu duduk di kelas dua SMA, selalu ingat untuk mengobati “adik”nya.
Selain tanggung jawab kasus khusus ketika peliharaan sakit, terdapat pula tanggung jawab rutin seperti memberi makan dan minum secara teratur, termasuk membersihkan wadah makan mereka.