Lihat ke Halaman Asli

Inspirasiana

TERVERIFIKASI

Kompasianer Peduli Edukasi.

Melewati Deru Prahara (IV - Tamat)

Diperbarui: 9 Oktober 2022   06:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Melewati deru prahara | sumber foto: pxhere

Sebelum membaca lebih lanjut, silakan baca tiga bagian sebelumnya:

Melewati Deru Prahara (I)

Melewati Deru Prahara (II)

Melewati Deru Prahara (III)

Febi terjaga ketika matahari mulai mengintip dari sela-sela jendela kamarnya. Disibakkannya tirai dan dibukanya daun jendela lebar-lebar.

Lima belas menit kemudian, Febi sudah berada di meja belajarnya. Febi baru saja menutup doa ketika kepala Ferry, kakaknya, muncul di depan pintu.

“Pagi, Nona manis.” Ferry tersenyum sambil mengedipkan sebelah mata. “Lama benar sih sarapannya?”

Sambil tertawa kecil, Febi menjawab. “Maaf, Fer. Tetapi sarapan pertama pagi ini nikmat sekali, bukan? Aku sampai melupakan kakakku yang selalu kelaparan setiap pagi sebelum makan nasi.”

Ferry tertawa. “Mestinya aku yang minta maaf, Nona. Pagi ini aku tidak dapat menunggumu untuk makan bersama.”

“Lho, kenapa?” Febi mengikuti langkah kakaknya ke luar kamar.

“Ada sarapan kedua yang lebih nikmat yang menunggumu di sana, Nona.” Ferry menunjuk ke ruang tamu.

Kening Febi berkerut.

“Jangan melamun!” Ferry menepuk pipi adiknya. “Kasihan dia menunggumu terlalu lama.”

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline