Lihat ke Halaman Asli

Inspirasiana

TERVERIFIKASI

Kompasianer Peduli Edukasi.

Sepotong Kisah Lama (IV - Tamat)

Diperbarui: 6 Oktober 2022   05:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sepotong kisah lama | Ilustrasi oleh Yoanna Yudith

Sebelum membaca lebih lanjut, silakan baca tiga bagian pertama:

Sepotong Kisah Lama (I)

Sepotong Kisah Lama (II)

Sepotong Kisah Lama (III)


"Dua tahun," Vava tersenyum kecil. "Kau banyak berubah. Kata Ferry, kau kuliah di Seminari."

"Kejutan besar, ya? Ferry, ah, aku mesti banyak berterima kasih padanya. Tanpa dia, aku tidak akan tahu kalau kau sudah pindah rumah. Dan aku tak perlu menyangka bahwa kau begitu dendam padaku sehingga setiap suratku kau kembalikan." Jo memandang Vava. "Ia baik sekali, ya?"

"Siapa? Ferry? Sangat baik!" Vava sengaja menekankan kata sangat. "Sebentar, aku ambilkan minum."

"Melin kangen sekali padamu," Jo menatap Vava ketika gadis itu muncul kembali dengan dua gelas air es di tangannya.

"O iya, apa kabar Melin sekarang? Sudah kelas berapa dia? Kenapa tidak kau ajak ke sini juga? Aku kangen."

"Melin sudah kelas empat, hampir kelas lima. Dia di Malang."

"Di Malang?"

"Ya," Jo tersenyum. "Masih ingat berapa kali aku gagal menemuimu ketika kita lulus SMA? Waktu itu, usaha papa jatuh. Kami terpaksa pindah ke Malang, tempat nenek. Semua harta papa disita untuk melunasi utang. Saat itu, aku merasa berat sekali meninggalkan Jakarta. Aku merasa begitu berdosa kepadamu, kepada kalian, korban permainanku dulu. Aku tidak akan tenang sebelum kalian memaafkan aku."

Vava terpana. Jadi Ferry benar. Jo betul-betul telah berubah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline