Sebagai insan budiman dan beriman, kita ingin menolong sesama. Kodrat janma manusia adalah mengabdi Tuhan Yang Mahaesa dan mencintai sesama, terlebih yang berkekurangan.
Saat ini kita dimudahkan dengan kehadiran beragam lembaga amal dan lembaga sosial penyalur bantuan. Kita juga dimudahkan dengan fasilitas perbankan dan pembayaran digital. Sambil rebahan pun, kita bisa berderma dan menyumbang bantuan.
Sayangnya, tidak semua lembaga amal, bahkan yang terang-terangan menyandang nama berunsur keagamaan, sungguh amanah.
Kita tidak perlu heran. Dalam sebuah kearifan kuno, tertulis bahwa akar kejahatan adalah cinta uang.
Korupsi pencetakan kitab-kitab suci dan dana ziarah suci pun bisa terjadi kala oknum sikap uang dan lupa Tuhan.
Terkini, investasi independen sebuah majalah ternama mengindikasikan adanya penyelewengan dana bantuan oleh sebuah lembaga amal terkenal. Saat ini bahkan akun media sosial lembaga amal ini mematikan kolom komentar.
Pada hemat saya, seorang pegiat di lembaga keagamaan, menolong itu baik. Juga lewat lembaga amal dan sosial keagamaan. Akan tetapi, ada catatannya.
Menolong lewat lembaga amal dan sosial itu baik, asalkan ada kepastian moral bahwa pengelola sungguh menyalurkan bantuan secara tepat sasaran dan tidak memperkaya diri sendiri secara tidak adil.
Berikut ini 5 cara memilih lembaga amal dan sosial yang baik:
1. Memiliki status hukum yang jelas