Kasus pencemaran nama baik yang melibatkan Amber Heard dan Johnny Depp baru saja berakhir.
Pertikaian pengadilan Johnny Depp dan Amber Heard telah berakhir dengan keputusan juri di Virginia yang mengharuskan Amber memberikan lebih banyak uang ganti rugi pada Depp, bintang Pirates of the Caribbean, daripada yang harus dibayar Depp pada Amber.
Heard diperintahkan untuk membayar Depp 10 juta dolar AS sebagai ganti rugi pencemaran nama baik dan 5 juta dolar AS dalam ganti rugi hukuman setelah juri memutuskan Amber "bertindak dengan kebencian yang sebenarnya."
Akan tetapi, nilai ganti rugi itu dipotong menjadi 10,35 juta dolar AS sesuai aturan batas legal.
Menurut NY Times, sebenarnya juri menilai bahwa baik Depp maupun Amber sama-sama mengalami pencemaran nama baik. Depp juga diminta membayar ganti rugi 2 juta dolar AS pada Amber.
Proses panjang sidang kasus Heard vs Depp ini menarik perhatian publik karena disiarkan langsung. Masyarakat AS dan dunia bisa mengikuti secara cukup rinci upaya masing-masing pihak untuk mempertahankan argumen hukumnya.
Di satu sisi, hal ini adalah sesuatu yang menarik karena baik Heard maupun Depp menyewa para saksi ahli profesional, termasuk psikolog. Di sisi lain, kehebohan kasus ranah privat yang "diekspolitasi" media ini sebenarnya tidak baik dampaknya bagi anak-anak Heard dan Depp.
Di balik kasus Amber Heard vs Johnny Depp, ada adu psikolog saksi ahli
Yang menarik, di balik kasus Amber Heard vs Johnny Depp ini, ada adu psikologi saksi ahli. Kita akan mengulik sebagian saja potongan "perdebatan akademis" antara psikolog yang disewa Amber Heard dan Johnny Depp.
Kasus ini, tanpa menutupi sisi kontroversialnya, sejatinya dapat membuka wawasan kita akan pentingnya saksi ahli yang kompeten dalam proses peradilan, termasuk di Indonesia.