Lihat ke Halaman Asli

Inspirasiana

TERVERIFIKASI

Kompasianer Peduli Edukasi.

Sajak Jerih Payah dan Ibadah

Diperbarui: 1 Mei 2022   17:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sajak Jerih Payah dan Ibadah, puisi Hari Buruh Sedunia -(dok Didiet Raditya)) 

Di pagi gigil, netra dan raga telah siaga
Demi uang belanja dan uang jajan ananda 

Benak berkuasa atas nelangsa, takada tempat untuk keluh bertahta
Demi menyambung asa keluarga

Berjuang dan menempa demi terwujudnya mimpi mimpi indah
Siang malam bekerja tanpa kenal lelah  
Mengerahkan segenap daya dan usaha
demi mengapai asa raih hidup sejahtera 

Pendar cahaya terlukis di tiap tetes keringat,
tetes cinta kasih untuk bertahan melakoni perjalanan semesta
Melangkah dengan karya untuk upaya sejahtera 

Tekad dalam diri sudah pasti
Walau terik mentari menerpa setiap hari
Menjadi titian bagi si buah hati
Tuk mewujudkan asa menggapai mimpi

Fajar menyingsing mengintip derap langkah buruh
Pulang petang bertumpah peluh
Kerja keras tanpa keluh
Upah, cukup sampai tanggal sepuluh 

Kerja, kerja, kerja
adalah niscaya
Bukan karena uang semata
Ada nilai yang lebih berharga
Kerja sebagai ibadah bukan omong kosong belaka

Sampai jadi nyata satu impian
Kala kerja bukan lagi alat tapi keinginan
Kala kita memberi sesuai kemampuan
Kala kita menerima sesuai kebutuhan 

Ada kalanya upah tak sebanding dengan jerih payah
Beban kerja tak dihargai semestinya
Bertahan meski dengan keterpaksaan
Sebab tak ada pilihan
Demi terpenuhinya sandang, pangan, papan 

***

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline