Lihat ke Halaman Asli

Inspirasiana

TERVERIFIKASI

Kompasianer Peduli Edukasi.

Suara Hati untuk Bumi yang Menua Bersama Kita

Diperbarui: 27 April 2022   06:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bumi menua bersama waktu, berkejaran dengan laju dan deru mesin-mesin yang sering tak kenal waktu
Ada banyak cerita duka yang membahana karena kepedihan akibat polusi udara dan suara.

Gedung-gedung pongah menjulang tinggi, di bawahnya rumah-rumah kumuh tertunduk lesu, doyong enggan berdiri
Tapi, keduanya sama saja, bau pesing karena air kian menjauh pergi.

Anak-anak menangis meminta kasih sayang pada orang tua yang tengah sibuk mengeksploitasi bumi berlebih
Hingga kapan akan terus begini ketika bumi tak jua bertemu dengan mereka yang peduli.

Hingar bingar pembangunan tampak megah, tapi bumi sebenarnya semakin rapuh
Tak tahu harus berteriak ke mana, menangis juga untuk apa?

Bumi hanya terus menua seiring waktu tanpa ada yang melestarikan keberadaannya
Mata air telah menyusut, mungkin tak lama lagi akan mengering juga.

Air mata pun sudah tiada guna, tinggal merinding bulu roma
Menyaksikan perut bumi semakin terkoyak, mengeluarkan segala isinya.

Hari ke hari anak-anak dan orang tuanya hanya termangu menatap pilu
Maukah kau dan aku kini terlibat dalam peremajaan bumi pertiwi kita?

Suatu tempat di muka bumi, 26 April 2022

Puisi persembahan Tarigari untuk Inspirasiana

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline